Bandung Gagal, Proyek Kereta Cepat Balik Jakarta-Surabaya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Republik Indonesia telah memutuskan batal membangun kereta api cepat atau high speed train (HST) yang menghubungkan Kota Jakarta dan Bandung. Kini, Pemerintah Republik Indonesia tengah mempersiapkan pembangunan kereta api cepat untuk menghubungkan kota Jakarta dengan Surabaya.
Pembangunan juga dilakukan untuk jaringan kereta api di luar Pulau Jawa.
“Saya telah menerima laporan dari Tim Penilai Proyek Kereta Aou Cepat Jakarta-Bandung, hari Kamis (3/9), saya puuskan kita akan kembanghkan kereta api berkecepatan sedaang, pembangunan tidak akan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja negara, dan pemerintah tidak akan menyediakan dana jaminan dalam bentuk apapun,” ucap Presiden Joko Widodo dalam siaran pers yang diterima satuharapan.com dari Kepala Staf Presiden, Teten Masduki, di Jakarta, hari Jumat (4/9).
“Saat ini pemerintah sedangkan mempersiapkan pembangunan kereta api cepat Jakarta Surabaya dan jariangan kereta api di luar Pulau Jawa,” dia menambahkan.
Wacana pembangunan kereta api cepat Jakarta-Surabaya pernah muncul pada awal 2014, ketika Susilo Bambang Yudoyono (SBY) masih berkuasa. Saat itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan Indonesia sangat membutuhkan kereta api cepat Jakarta–Surabaya.
Namun, Wakil Menteri Perhubungan kala itu, Bambang Susantono, mengusulkan agar rute kereta dibuat agar melewati Kota Bandung. Saat itu, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Hermanto Dwi Atmoko, menyatakan studi kelayakan sudah dilakukan bekerjasama dengan Jepang.
Namun wacana tersebut tenggelam saat terjadi pergantian kursi kepala negara, dan kembali muncul setelah Presiden Jokowi berkunjung ke Tiongkok pada 26 Maret 2015. Dalam kunjungan tersebut, Jokowi menyaksikan penandatangan delapan naskah kerja sama, salah satunya adalah Memorandum of Understanding (MoU) antara Menteri BUMN dengan Komisi Nasional Pembangunan dan Reformasi Republik Rakyat Tiongkok untuk Proyek Pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung.
Kecepatan Sedang Dibutuhkan
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sofyan Djalil mengatakan pembangunan kereta api berkecepatan sedang dibutuhkan pada rute Jakarta-Bandung. Menurut dia, hal tersebut dibutuhkan sebagai pelengkap sarana konektivitas dalam rencana pengembangan wilayah antara Jakarta dengan pusat industri tekstil di Bandung.
"Filosofi pembangunan kereta itu adalah pembangunan wilayah. Wilayah akan berkembang jika stasiun dibuka," ujar Sofyan, seperti dikutip dari Antara, hari Jumat (4/9).
Dia menjelaskan kereta api berkecepatan sedang itu dipilih untuk melengkapi konektivitas karena sistem perkeretapian lebih mendukung rencana pengembangan kawasan di rute yang sebagian besar melintasi kawasan pertanian dan hutan itu.
Misalnya, pemerintah sebagai regulator, dapat menentukan titik-titik yang akan menjadi pemberhentian penumpang. Dengan begitu, pembangunan transportasi Jakarta-Bandung akan lebih terpadu dan saling mendukung dengan pembangunan sektor lain, misalnya pertanian dan industri.
Sedangkan sarana transporasi lain, seperti jalan raya atau tol misalnya, kata Sofyan, cenderung akan menghabiskan sisa lahan yang tersedia sehingga tidak efisien. Jika membangun jalan raya, pemerintah pun akan lebih sulit mengatur mobilitas penumpang di rute "gemuk` ini.
"Misalnya sekarang ada kebun teh di Cipularang yang tidak produktif. Karena di samping kebun teh itu ada jalan tol yang setiap hari dilewati ribuan manusia dan mobil. Suhu dan tempratur di sana jadi meningkat. Tidak cocok dengan kebun teh yang membutuhkan hawa dingin," kata dia.
Sofyan juga yakin proyek kereta kecepatan menengah ini tidak akan menggusur layanan kereta reguler Jakarta-Bandung dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), namun memang perlu dilakukan sejumlah penyesuaian.
Meskipun proyek ini penting, Sofyan menegaskan, pengerjaan dan operasi proyek ini sepenuhnya akan diserahkan ke BUMN atau swasta. Pemerintah hanya akan bertindak sebagai regulator. Sebab, pemerintah ingin terlebih dulu fokus mengembangan moda kereta di luar Jawa, seperti di Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Kereta cepat menengah ini diestimasikan memiliki kecepatan 250 kilometer per jam, dan akan memangkas waktu perjalanan darat Jakarta-Bandung dari dua sampai tiga jam menjadi 43 menit.
Jepang Menyesal
Menanggapi penolakan proposal tender kereta cepat Jakarta-Bandung yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia, Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia, Yasuaki Tanizaki mengaku menyesal. Pertama, karena Jepang telah memperpanjang studi kelayakan, kedua, karena Jepang merasa memiliki teknologi nomor satu di dunia, terutama dalam segi keselamatan
“Saya telah mengutarakan penyesalan saya. Ada dua alasan. Pertama, kami telah memperpanjang studi kelayakan atas permintaan pemerintah (Indonesia). Kedua, Jepang memiliki teknologi nomor satu, khususnya dari segi keselamatan,” ujar Tanizaki, seperti dikutip dari BBC, hari Jumat (4/9).
Sementara, Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Republik Indonesia enggan berkomentar.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...