Bangsa Korea Terbelah Oleh Perang Akibat Konflik Kepentingan Negara Adidaya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dua Korea memperingati 60 tahun berakhirnya perang di negeri semenanjung itu, 27 Juli, namun apa sebanarnya yang menyebabkan negeri ginseng itu mengalami perang saudara dan sebuah bangsa harus terpeca?
Hal yang mendasari pecahnya perang Korea adalah episode lain Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet (USSR). Dipermukaan, perang yang terjadi yaitu antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut), tapi yang terjadi sebenarnya adalah negara superpower (adikuasa) tersebut menggunakan kedua Korea sebagai pion untuk saling memusnahkan satu sama lain, tanpa harus menjalani peperangan yang notabene, akan menyebabkan kehancuran akibat bom atom.
Pada akhir Perang Dunia II (PDII), Korea dibebaskan dari pendudukan Jepang dan merancangkan kemerdekaannya, pada masa perang sekutu bersama Amerika, China, Inggris, dan Uni Soviet membantu tujuan tersebut.
Uni Soviet dan militer Amerika menduduki dua sisi negara tersebut di dalam apa yang terlihat sebagai masa transisi menuju pemilihan demokrasi. Amerika tinggal di Selatan, sementara Uni Soviet menduduki wilayah Utara.
Tapi pada saat perang memburuk antara Uni Soviet dan Amerika, kedua negara mendukung kelompok yang berbeda, dan muncul dua negara berbeda. AS Membekingi Republik Korea di Selatan, dan Republik Korea yang berpaham Komunis di Utara dengan pemimpinnya, Kim Il Sung yang telah dilatih tentara komunis (Red Army) didukung Uni Soviet.
Korea utara lahir menjadi monster, hal ini yang diyakini John Everard, mantan duta besar Inggris untuk Korea Utara. “Ini diciptakan oleh petugas militer Uni Soviet yang sepertinya berencana membentuk suatu negara.”
“Mereka menciptakan Kim Il Sung menjadi pemimpin, tapi mereka menemukan bahwa ia tidak cukup mampu menarik perhatian rakyat, maka mereka membangun kepribadian Stalin. Maka negara akan berakhir dengan diperintah oleh raja, sebagaimana raja terakhir Korea (sebelum masa penjajahan Jepang).”
Pada tahun 1950, Korsel mendeklarasikan kemerdekaannya. Korut yang didukung Uni Soviet dan China dengan cepat menyerang wilayah selatan, di mana hal inilah yang mencetuskan tiga tahun perang Korea.
Amerika Serikat mengintervensi ketakutan komunis dengan mengambil alih Korea, hal ini bisa mempunyai implikasi yang lebih luas, kata Robert Kelly dari Pusan National University di Korsel. “Jika Amerika Serikat menyerah terhadap perang di Korsel, Washington khawatir tentang efek domino (bagi komunis) terjadi di mana-mana di wilayah Asia. Hal ini adalah risiko yang tidak perlu diambil.”
Setelah berperang demi sebuah jalan buntu, Presiden Amerika Serikat saat itu Harry S. Truman dan Dwight D. Eisenhower menggunakan ancaman nuklir di depan publik yang berupaya untuk mengakhiri perang.
Tapi dengan hal ini juga, jelas Truman tidak ingin konflik menyebar atau mencetuskan perang dunia lainnya. Pada tahun 1951 ketika Jenderal Douglas MacArthur, komandan kekuatan militer Amerika Serikat di Far East, dengan terbuka menyerukan Korut yang didukung China akan diserang, ia dipecat karena pembangkangan.
Pada tahun 1953, Mufakat Gencatan Senjata Korea telah ditanda-tangani. Hal ini dimaksudkan untuk pertimbangan sementara, mendirikan Zona Demiliterisasi (DMZ) yang dibangun sepanjang paralel ke 38. Tapi mufakat perdamaian tidak pernah ditandatangani. Setelah itu ketegangan diperbatasan berlangsung sejak saat itu.(bbc.co.uk /johnclare.net)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...