Banjir dan Agen Perubahan
SATU HARAPAN.COM – Saat banjir mengepung ibukota dan beberapa kota lain di Indonesia, tak sedikit di antara kita yang berharap hujan tak turun lagi. Hujan—yang seyogianya menjadi penyegar bumi, yang diberikan Tuhan untuk menumbuhkan tanaman yang kita makan, serta meneduhi, bahkan mempercantik kebun kita—ternyata telah menjadi momok. Hujan tak lagi disambut sebagai berkat Tuhan, melainkan diusir, didoakan ketidakhadirannya, disumpahserapahi ketika tetap hadir.
Ironis! Namun, mereka yang terdampak parah memang tak dapat berbuat lain kecuali berdoa hujan berhenti turun. Tentunya pada musim berikutnya akan timbul bencana baru: kekeringan. Dosa menjadi berganda ketika kita bukan hanya tak memelihara alam, tetapi juga menghujat berkat yang turun.
Rasanya semua orang akan mengamini jika dikatakan manusialah penebar benih pengelolaan alam yang tak bertanggung jawab dan karenanya menuai banjir. Namun, apakah Anda dan saya juga mengamini jika dikatakan bahwa Anda, saya juga, adalah penyebab banjir? Kita bisa tak terima karena merasa sudah cukup bertanggung jawab dalam mengelola alam di sekitar kita, termasuk pembuangan sampah.
Tetapi, benarkah? Tak adakah hal penting lain yang belum kita lakukan untuk lebih menjaga alam? Sesungguhnya kita bisa berbuat lebih. Kontribusi Anda dan saya secara sendiri-sendiri mungkin kecil, namun jika makin banyak orang berbuat dengan sadar, perubahan niscaya terjadi.
Coba tengoklah rumah Anda, apakah seluruh pekarangan tertutup ubin atau semen sehingga tak tersisa ruang untuk menyerap air hujan? Benarkah tak ada sampah yang terbuang bukan pada tempatnya? Apakah kita membiarkan air terus mengalir dari keran ketika sedang menyabuni badan? Apakah kita berperan dalam mendidik masyarakat sekitar agar lebih memahami peran mereka dalam mengelola alam?
Ternyata masih banyak yang bisa kita lakukan! Jika mulai dari sekarang, setiap orang, setiap keluarga, semakin hari semakin banyak, niscaya suatu hari kelak peran Anda sebagai agen perubahan akan berdampak. Masyarakat Jakarta menjadi masyarakat yang cinta kebersihan dan sadar lingkungan. Dan suatu hari kelak masyarakat kita tidak lagi menghujat hujan, melainkan akan mampu berkata: ”Terima kasih Tuhan, atas hujan yang turun membasahi dan menyegarkan bumi!”
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...