Sabar seperti Serigala
SATUHARAPAN.COM Serigala telanjur diposisikan sebagai binatang menyeramkan. Terutama oleh film-film Hantu, lolongan "aaauuuuwww..auuw..auuuww!" serta merta ditujukan pada hal-hal mengerikan. Entah itu Werewolf atau sekadar memberi kode hantu lewat. Namun, beberapa fakta tentang serigala cukup mengagetkan. Hewan ini dikaruniai sebuah senjata luar biasa oleh Sang Pencipta, yakni kesabaran.
Serigala tidak memiliki kekuatan macam singa, atau kecepatan bagai citah, keperkasaan laksana buaya, atau taring mematikan seperti Harimau. Karena itu, ia dan kawanannya akan sabar mengamati buruan yang sering jauh lebih hebat dari dirinya. Pengamatan itu bisa berhari-hari. Kawanan serigala begitu sabar mengamati sekelompok bison selama berhari-hari untuk sungguh-sungguh menemukan bison yang tepat dijadikan sasaran.
Konsekuensinya, serigala harus sabar membututi hewan buruan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada saat eksekusi pun, kesabaran serigala sangat kentara. Mereka akan berkejar-kejaran secara maraton dengan hewan buruannya hingga 180 km!
Bagaimana dengan terkaman-terkaman mematikan? Sayangnya, itu pun tidak dimiliki serigala. Jadi mereka hanya akan mengigit korbannya berulang-ulang hingga lemas kehabisan darah. Uniknya, setelah berhasil mendapatkan buruan, serigala akan sabar mengantre sesuai umur untuk giliran makan. Selapar apa pun mereka.
Yang paling mengharukan dari drama perburuan adalah kawanan serigala akan sabar menenteng pulang daging segar hasil buruan itu dan memberikan kepada para serigala betina dan anak-anak mereka, betapapun jauhnya jarak yang ditempuh, tanpa mengorupsi sedikit pun daging itu diperjalanan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita cukup sabar menghadapi semua tantangan, cobaan, dan kesusahan hidup? Sering kekalahan atau kegagalan terjadi bukan karena kita kurang cerdas, kurang modal, kurang kuat , namun hanya karena kurang sabar.
Kita kadang berdalih, teknologi, persaingan, kemacetan lalu lintas membuat kita kehilangan kesabaran. Mereka memaksa kita bereaksi secepat-cepatnya. Merekalah yang membentuk kita seperti sekarang ini.
Namun, jika direnungkan, bukankah kita seharusnya menempatkan diri sebagai subjek dan bukan objek keadaan? Sebagai pemimpin dan bukan sekadar ikut arus? Menjadi rahmat dan bukan bulan-bulanan semesta? Dan sabar adalah syarat sekaligus kekuatan dalam menggenapinya.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...