Nama Saya Momen
SATUHARAPAN.COM Nama saya Momen, kata seorang pemuda saat memperkenalkan dirinya dalam kelompok diskusi kami. Mendengar itu hati saya geli. Saya membayangkan apa yang ada di benak orangtuanya saat ia lahir ke dunia, sehingga ia diberi nama Momen.
Orangtua saya sudah lama ingin punya anak, jadi ketika saya lahir saya diberi nama Momen. Maksudnya adalah waktu kelahiran saya itu sangat berarti. Hanya saat itu saja dan tidak akan terulang lagi, sambung Momen menjelaskan arti namanya, seolah ia tahu isi pikiran saya.
Saya tercenung dan terharu mendengar uraiannya. Saya sering lupa betapa berartinya waktu dan momen itu dalam hidup ini. Sekali terjadi tidak akan terulang lagi.
Dalam waktu, manusia dapat membuat momen-momen tertentu. Entah itu momen yang membahagiakan, momen yang membangkitkan semangat bagi orang lain, momen yang produktif, momen yang menghancurkan, momen yang menyedihkan, momen yang mengharukan, dan lain sebagainya. Tetapi, momen juga dapat terjadi di luar kehendak atau kemampuan manusia untuk mengontrolnya, seperti kematian mendadak.
Waktu berjalan terus, tiada yang sanggup menghentikannya kecuali Sang Pencipta. Karena waktu tidak menunggu kita, tentulah bijak kalau kita berkomitmen untuk membuat momen-momen yang baik dalam hidup kita. Akal budi, hikmat, dan kemampuan untuk berbuat baik sudah diberikan Sang Pencipta. Namun, kita dapat menyalahgunakan kemampuan itu untuk melakukan hal yang tidak baik dan membiarkan waktu berlalu tanpa memberinya momen yang baik.
Kalau kita bisa membuat momen yang baik sekarang, kenapa harus menunggu besok? Sebab mungkin Tuhan sudah keburu memanggil kita pulang sebelum kita memulai mewujudkan momen itu.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
KIPMI: Vaksin Program Nasional Tidak Mengandung Babi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pembina Komunitas Ilmuwan dan Profesional Muslim Indonesia (KIPMI) dr. Ra...