Banjir dan Tanah Longsor di Kenya, 194 Meninggal
NAIROBI, SATUHARAPAN.COM-Banjir dan tanah longsor di Kenya menewaskan hampir 200 orang, menelantarkan 100.000 orang dan membuat kondisi infrastruktur kritis. Tingkat permukaan air yang sangat tinggi di dua bendungan yang memaksa evakuasi penduduk desa yang berisiko, kata para pejabat, hari Rabu (6/5).
Hujan deras di daerah-daerah yang sudah dilanda bencana diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa pekan mendatang, kata Departemen Meteorologi Kenya mengatakan dalam perkiraan terbarunya. Hal itu biasanya menandai akhir musim hujan.
Di Budalangi, Kenya bagian barat, penduduk membawa barang-barang mereka jauh dari rumah yang terendam, menggunakan perahu dan sepeda motor, setelah Sungai Nzoia meluap, membanjiri tanah bermil-mil jauhnya.
Juru bicara pemerintah Kenya, Cyrus Oguna, mengatakan di akun Twitter bahwa selama tiga pekan terakhir, banjir telah membuat 100.000 orang terlantar. Hal itu juga mempersulit upaya untuk melindungi mereka dari penyebaran virus corona, yang telah menewaskan 24 orang di negara itu.
Pemerintah menyediakan makanan dan air untuk para pengungsi, dan juga telah meminta Departemen Kesehatan untuk memberi mereka masker sebagai tindakan pencegahan.
Banjir dan tanah longsor telah terkonsentrasi di Kenya bagian barat dan sejauh ini telah menewaskan 194 orang, menurut Eugene Wamalwa, menteri yang bertanggung jawab atas hubungan antara kepemimpinan daerah dan pemerintah nasional. "Kemarin saja, kami telah kehilangan 30 orang dalam waktu 24 jam," katanya.
Menghancurkan Sawah
Menteri Energi, Charles Keter, mengatakan tingkat permukaan air di dua bendungan utama Kenya sangat tinggi. Bendungan, Masinga dan Turkwel, memiliki kapasitas pembangkit listrik gabungan sebesar 140 MW, mewakili sekitar 6% dari total kapasitas terpasang Kenya.
Para pejabat menyarankan orang-orang yang tinggal di dekat reservoir hilir untuk mengungsi. "Kami memberi tahu orang-orang yang berada di hilir, Garissa sampai ke Sungai Tana, semuanya memburuk," kata Keter tentang penduduk di dua kabupaten bagian timur.
"Kami meminta mereka bergerak. Jangan sampai mereka menunggu air, karena ini adalah sejarah." Pejabat keamanan sudah mengevakuasi warga di daerah berisiko tinggi, kata Menteri Dalam Negeri, Fred Matiang'i. "Kami tidak menunggu orang untuk pindah, kami memindahkan orang menjauh dari bahaya," katanya.
Banjir juga menghancurkan 8.000 hektare sawah. Kenya sudah menghadapi kekurangan beras, karena gangguan pengiriman yang disebabkan oleh wabah virus corona.
Hujan deras dan tanah longsor juga dapat menyebabkan kekurangan air. Infrastruktur untuk menyalurkan air telah hanyut... saluran pipa tersumbat." Pemerintah meminta penduduk di beberapa kota termasuk ibu kota, Nairobi, untuk menggunakan air secara rasional.(Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...