Peneliti: Virus Corona Jenis Baru Lebih Menular dan Dominan
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Para ilmuwan telah mengidentifikasi jenis baru virus corona yang menjadi dominan di seluruh dunia dan tampaknya lebih menular daripada versi yang menyebar pada hari-hari awal pandemi COVID-19, menurut sebuah studi baru yang dipimpin oleh para ilmuwan di Los Alamos National Laboratory (LANL), New Mexico, Amerika Serikat.
Strain baru muncul pada bulan Februari di Eropa, bermigrasi dengan cepat ke Pantai Timur AS dan telah menjadi strain dominan di seluruh dunia sejak pertengahan Maret, tulis para ilmuwan, seperti dilaporkan Los Angeles Times, Selasa (5/5).
Selain menyebar lebih cepat, virus itu mungkin membuat orang rentan terhadap infeksi kedua setelah perjuangan pertama dengan penyakit itu, laporan itu memperingatkan.
Laporan setebal 33 halaman itu diposting pada hari Kamis (30/4) di BioRxiv, sebuah situs web yang digunakan para peneliti untuk berbagi hasil pekerjaan mereka sebelum ditinjau oleh rekan sejawat. Ini sebuah upaya untuk mempercepat kolaborasi dengan para ilmuwan yang mengerjakan vaksin atau perawatan COVID-19. Penelitian itu sebagian besar didasarkan pada urutan genetik dari strain sebelumnya dan mungkin tidak efektif terhadap yang baru.
CNBC pada hari Selasa juga melaporkan bahwa vius jenis baru ini telah mulai menyebar di Eropa pada awal Februari lalu menuju ke bagian lain dunia termasuk AS dan Kanada. Ini menjadi strain dominan secara global pada akhir Maret. "Ini adalah berita sulit," kata Bette Korber, seorang ahli biologi komputasi di Los Alamos dan penulis utama studi itu, menulis di halaman Facebook-nya.
"Tapi tolong jangan berkecil hati karenanya," lanjutnya. “Tim kami di LANL mampu mendokumentasikan mutasi ini dan dampaknya pada penularan hanya karena upaya global yang besar dari orang-orang klinis dan kelompok eksperimen, yang membuat urutan baru virus (SARS-CoV-2) di komunitas lokal mereka tersedia dengan secepat mungkin,” katanya.
Para peneliti memperingatkan bahwa jika virus corona tidak mereda di musim panas, "itu bisa bermutasi lebih lanjut dan berpotensi membatasi efektivitas vaksin yang sedang dikembangkan," menurut laporan itu.
Mereka juga mengatakan ini “sangat mendesak,” karena lebih dari 100 vaksin sedang dalam proses dikembangkan untuk mencegah COVID-19.
Sementara jenis baru ini mungkin lebih menular, jenis yang lebih agresif dan mematikan ditemukan lebih umum pada tahap awal wabah di kota Wuhan, China, tempat virus pertama kali muncul, menurut laporan CNBC. Dan kelompok peneliti sejauh ini mengidentifikasi 14 mutasi.
Virus corona sejauh ini telah menginfeksi 3.682.968 orang secara global dan telah membunuh 257.906 hingga hari Rabu (6/5), dan 1.207.548 orang telah pulih.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...