Banyak Penyintas Kanker Tetap Merokok
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM - Hampir 10 persen penyintas kanker, dilaporkan terus merokok bertahun-tahun setelah didiagnosa menderita kanker, menurut American Cancer Society. Angka tersebut, bahkan lebih tinggi bagi perokok yang berhasil selamat dari kanker kantong kemih dan paru-paru, yang sangat diasosiasikan dengan merokok.
Penelitian menunjukkan, bahwa sekitar 30 persen perokok yang didiagnosa mengidap kanker berhenti, tapi banyak yang tidak segera berhenti. Penelitian terhadap penyintas kanker yang telah lebih lama bertahan belum dilakukan.
Para penyintas yang disebutkan di penelitian, bukan perokok sesekali. Delapan puluh tiga persen dilaporkan merokok hampir sebanyak 15 batang setiap harinya.
Merokok bisa mengurangi efek perawatan kanker, membuat pasien mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena kanker kembali dan memperpendek waktu kelangsungan hidup.
Untuk penelitian ini, Lee Westmaas, direktur Riset Kontrol Tembakau dan Pusat Riset Perilaku milik American Cancer Society, dan penulis riset utama, mempelajari jawaban survei dari 2.938 pasien, dari Penelitian Penyintas Kanker American Cancer Society sembilan tahun setelah mereka didiagnosa mengidap kanker.
Beberapa faktor, meningkatkan kemungkinan penyintas kanker tetap merokok. Mereka yang lebih muda, kurang berpendidikan, dengan pendapatan yang lebih rendah dan konsumsi alkohol yang lebih tinggi cenderung merokok, menurut penelitian.
Empat puluh persen perokok yang diwawancarai mengatakan, mereka berencana berhenti merokok dalam sebulan, tapi kemudian lebih panjang apabila si penyintas sudah menikah, lebih tua atau perokok berat, menurut para peneliti.
Westmaas mengatakan, walaupun penyedia pelayanan kesehatan ingin membantu penyintas berhenti merokok, "saran-saran yang diberikan agar mereka berhenti merokok tidak mencapai tingkat yang kami inginkan.”
Ia menambahkan, banyak pasien kanker yang masih merokok, tidak tahu tentang sumber-sumber bantuan gratis yang bisa membantu mereka berhenti merokok. Ia juga mengatakan, mereka tidak tahu tentang pengobatan yang efektif, yang bisa menghentikan kebiasaan merokok.
Di antara perokok umumnya, American Cancer Society memperkirakan hanya antara empat sampai tujuh persen penyintas yang berhasil berhenti merokok dengan sukses, tanpa obat atau bantuan psikologis. Mereka yang menggunakan obat-obatan, bisa berhenti dengan sukses setelah 6 bulan, sebanyak 25 persen. Konseling juga bisa lebih jauh meningkatkan angka tersebut.
"Merokok adalah kebiasaan yang sulit untuk dihentikan,” kata Westmaas.
“Saya pikir hal ini menunjukkan tingkat kecanduan tembakau, banyak orang yang masih merokok, merokok dalam jumlah tinggi. Kalau merokok dalam jumlah tinggi sulit untuk dihentikan."(VOA Indonesia).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia dalam Penanggulangan Kel...
RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM-Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menghadiri sesi perta...