Basarnas: Temuan Cockpit Voice Recorder Belum Terkonfirmasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) F Henry Bambang Soelistyo mengaku belum mendapatkan konfirmasi terkait dugaan telah ditemukannya cockpit voice recorder (CVR) pesawat AirAsia QZ8501 dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
“Sampai detik ini, saya belum dapat laporan dari Ketua KNKT tentang benda yang diangkat itu merupakan CVR atau bagian pesawat yang lain,” ujar Soelistyo dalam rapat dengar pendapat Komisi V di Gedung Nusantara, Jakarta, Selasa (13/1).
Informasi yang belum dipastikan oleh Ketua KNKT Tatang Kurniadi itu, membuat Soelistyo menolak menyebutkan CVR, yang merupakan alat perekam pembicaraan di pesawat, telah ditemukan.
“Kita tunggu saja konfirmasi dari Ketua KNKT mengenai benda yang diangkat itu, agar informasinya tidak simpang siur,” kata pria berpangkat Marsekal Madya TNI itu kemudian.
Sebelumnya, pada operasi pencarian hari ke-16, Tim SAR gabungan berhasil mengangkat flight data recorder (FDR) dari dasar laut pada pukul 07.11 WIB.
Selanjutnya, penyelam yang tergabung dalam operasi SAR gabungan melihat keberadaan benda yang diduga CVR di dalam laut pada Senin (12/1), namun belum dapat mengambilnya karena berada di bawah puing pesawat.
Benda yang diduga merupakan CVR ini berjarak 20 meter dari lokasi penemuan FDR yang berfungsi merekam data selama penerbangan, di antaranya kecepatan, ketinggian, dan temperatur saat pesawat mengalami kecelakaan.
Sebanyak 81 penyelam yang berada di lima kapal kemudian dikerahkan untuk mengupayakan pengambilan benda yang diduga CVR pesawat AirAsia QZ8501 pada operasi pencarian hari ke-17 ini.
Menhub: VCR Belum Tentu Milik AirAsia
Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengatakan Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) masih perlu mengidentifikasi apakah “Cockpit Voice Recorder” (CVR) yang ditemukan milik AirAsia QZ8501.
“Nah itu, (CVR) mau dibawa ke sini. Serial numbernya akan diperiksa,” kata Jonan, sebelum meninggalkan Lanud Iskandar menuju Pelabuhan Laut Panglima Utar di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng), Selasa.
CVR, menurut dia, sudah diangkat dari dasar laut. Meski demikian bukan berarti barang itu dari pesawat AirAsia, karena “DNA-nya” belum diidentifikasi.
Sebelumnya, tim penyelam TNI AL telah berhasil mengangkat “Flight DataRrecorder” (FDR) yang menyimpan data penerbangan AirAsia QZ8501. Salah satu kelengkapan pesawat tersebut, saat ini telah berada di kantor KNKT untuk dianalisis.
Ketua Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi mengatakan butuh waktu lama untuk dapat membaca dan menganalisis isi kotak hitam, sehingga dapat diketahui pasti penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Menurut dia, hanya butuh waktu dua hingga tiga hari untuk mengunduh atau download isi “Flight DataRrecorder”. Namun, proses membaca isi FDR tersebut akan lama karena harus mengumpulkan investigator dari beberapa negara yang berkaitan dengan pesawat dan korban, serta menganalisis satu per satu data.
FDR yang berhasil ditemukan akan dibuka di Jakarta jika sudah ada saksi, termasuk saksi “accredited representative” dari Airbus, saksi Singapura, dan negara lain yang terkait dengan pesawat dan korban.
“Serta kemungkinan menghadirkan jajaran dari Mabes TNI dan Kementerian Perhubungan untuk meyakinkan bahwa barang ini betul dibuka di sana, hasilnya baik atau tidak bisa disaksikan bersama,” ujar Tatang.
FDR, lanjutnya, telah diterima dalam kondisi baik, namun hasilnya akan sangat tergantung pada modul memori yang ada di dalamnya. Dan yang jelas, kotak hitam akan dibuka di Indonesia.
Sebelumnya, Tatang mengatakan ada empat negara yang terlibat dalam pencarian hingga investigasi kotak hitam, yaitu negara yang mendesain pesawat, negara asal manufaktur, yang teregister, operatornya, negara terjadinya kecelakaan, dan negara yang ada korban. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...