Panglima TNI: Jumlah Prajurit Desersi Meningkat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengakui jumlah pelanggaran desersi prajurit TNI meningkat 62 kasus, dari 865 kasus pada periode Januari-September 2013 menjadi 927 kasus di periode yang sama pada 2014.
"Ada peningkatan signifikan desersi, dari 865 menjadi 927 kasus. Akan kita lihat lagi ada apa ini," kata Panglima TNI, usai membuka Operasi Gaktib dan Yustisi TNI Tahun 2015, di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Selasa (13/1).
Moeldoko menceritakan, sewaktu dia menjabat Komandan Korem, ada prajurit yang desersi. Bahkan, dia sempat menanyakan perihal alasan desersi. "Waktu itu ada tekanan mental, dan ketidaksiapan mereka (prajurit) masuk batalyon," katanya.
Karena itu, pembinaan yang dekat antara pimpinan dan bawahan tetap diperlukan. Semua dilakukan untuk menumbuhkan sikap bertanggung jawab pada prajurit.
"Ini perlunya pembinaan yang dekat antara pimpinan dan bawahan. Persoalannya adalah leadership yang kurang. Makanya tadi saya tekankan bahwa pembinaan mental, juga fungsi komando, harus ditingkatkan," kata Panglima TNI.
Meski, jumlah prajurit desersi bertambah, panglima juga mengapresiasi penurunan sejumlah kasus di lingkungan TNI, seperti kasus narkoba dan penganiayaan.
Peningkatan perkara berdasarkan kuantitas dan kualitas bulan Januari-September 2013 dan bulan Januari-September 2014 untuk kasus desersi 2013 sebanyak 865 kasus. Pada Januari-September 2014 meningkat menjadi 927 kasus.
Kasus asusila tahun 2013 sebanyak 242 kasus, dan tahun 2014 sebanyak 171 kasus, atau turun 71 perkara.
Untuk kasus penganiayaan pada 2013 sebanyak 187 perkara, dan pada 2014 sebanyak 143 perkara, atau turun 44 perkara.
Khusus kasus narkoba pada 2013 ada 177 kasus dan pada 2014 sebanyak 155 perkara atau turun 22 kasus. Penyalahgunaan senjata api tahun 2013 sebanyak 12 perkara dan pada 2014 sebanyak 14 perkara atau naik 2 kasus.
Data hasil pelaksanaan operasi gaktib TNI Januari sampai dengan September 2013, dan Januari sampai dengan September 2014, tercatat pelanggaran disiplin murni pada 2013 sebanyak 224 pelanggaran, pada 2014 sebanyak 259 pelanggaran, jadi naik 35 pelanggaran.
Pelanggaran disiplin murni tahun 2013 sebanyak 141 pelanggaran, dan pada 2014 sebanyak 106 kasus atau turun 35 pelanggaran. Pelanggaran lalu lintas tahun 2013 sebanyak 553 perkara dan tahun 2014 sebanyak 478 kasus, atau turun 75 kasus.
Sementara itu, kerugian personel dan materiil akibat kecelakaan lalu lintas, yakni sebanyak 53 orang meninggal dunia pada 2013 dan tahun 2014 sebanyak 66 orang.
Panglima menjelaskan, operasi Gaktib dan Yustisi dilaksanakan sebagai upaya untuk menekan dan mencegah terjadinya pelanggaran serta perbuatan melanggar hukum, dengan sasaran untuk meningkatkan disiplin dan tata tertib serta kepatuhan hukum prajurit TNI.(Ant)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...