Basuki Pastikan Pemda DKI Bersih Terkait Diskotik Stadium
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama memastikan tidak ada pegawai Pemprov DKI yang menerima setoran dari perizinan sampai transaksi peredaran narkoba di diskotek Stadium yang berlokasi di Taman Sari, Jakarta Barat.
Basuki mencurigai permainan itu dilakukan oleh pihak lain. Pasalnya, seringkali razia yang dilakukan di tempat-tempat hiburan malam sering bersih dari narkoba. Hal itu mengindikasikan adanya kebocoran razia.
“Kami dengar masih banyak oknum yang main, dia bilang misalnya, ‘eh hati-hati nanti malam ada razia', makanya kelihatannya aman sepanjang waktu, inikan sudah rahasia umum. Aparat kalau mau serius tangkap pasti dia tahu mana bandar narkoba, mana yang bukan. Kita pastikan, tidak ada setoran kepada Satpol PP atau kepada Dinas Pariwisata kami,” urai Basuki saat ditemui wartawan di Balai Kota, Jumat (23/5).
Terkait masalah kebocoran razia itu, dan hal penutupan diskotik Stadium maupun tempat hiburan malam lainnya, Basuki mengaku akan mengkomunikasikannya kepada Kapolri dan Kabareskrim Komisaris Jenderal Polisi, Suhardi Alius. Komjen Pol Suhardi diketahui sebelumnya pernah menutup permanen tempat judi besar di Jakarta.
Sesuai dengan perjanjian antara Pemprov DKI dengan aparat kepolisian, begitu dua kali diketemukan polisi ada peredaran narkoba di dalam tempat usaha yang sudah diberikan izin dari Pemprov DKI melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, tidak ada toleransi, langsung ditutup, tidak akan peduli berapa pun banyaknya karyawan yang dipekerjakan di sana.
“Kita sudah buat surat di Dinas Pariwisata untuk tutup. Sudah saya bilang, dua kali kalau tertangkap ada peredaran narkoba di sana, ya kita suruh tutup. Bukan Pemda DKI yang tega,” kata Basuki.
Diskotek Stadium diketahui memiliki lebih kurang 700-an pekerja. Dapat dibayangkan penutupannya akan menambah jumlah pengangguran di ibu kota. Kendati demikian, Basuki mengatakan itu urusan pihak pengelola untuk memberikan pesangon, Pemprov DKI tidak mau ambil pusing.
“Sekalipun bisnis narkoba bisa pelihara tiga juta orang untuk hidup, lalu apa kita harus legalkan narkoba? Lebih baik ditutup daripada anak orang meninggal karena narkoba. Kita sudah bilang kalau ada PHK ya mereka (pengelola) yang harus pikirkan pesangonnya, kita tidak bisa,” cetusnya.
Basuki juga mencurigai adanya keterlibatan manajemen maupun karyawan yang bekerja di diskotek Stadium. Hal itu dia ketahui dari pemilik usaha tersebut, melalui alasan berkurangnya penjualan minuman beralkohol, sebaliknya, penjualan air mineral justru meningkat di tempat tersebut.
“Kan dari penjualan sudah ketahuan, saya tanya ke pemiliknya, kenapa tiba-tiba penjualan minuman keras turun, seharusnya itu yang bikin mereka untung. Tiba-tiba semua diganti aqua, paling mahal jus. Ternyata kalau mau pakai narkoba harus pakai aqua, baru bisa bereaksi,” bebernya.
Namun ketika pemilik usaha tidak mau menjual narkoba, lanjut Basuki, akhirnya dikuasai oleh bandar-bandar. Tetapi sekali lagi dia tegaskan, tidak mungkin pemilik usaha tidak tahu, baik itu manajemen atau pegawai Diskotek Stadium pasti terlibat.
Selama ini, penertiban tempat hiburan malam masih dirasakan tebang pilih, karena hanya yang besar-besar saja yang ditutup, sedangkan yang kecil-kecil masih merajalela.
Meskipun tempat hiburan malam menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI Jakarta, Basuki menekankan tidak ragu untuk menutupnya secara permanen, apabila aparat kepolisian mendapat laporan yang sama, yaitu penjualan narkoba di dalamnya. Penertiban tersebut hanya bisa terlaksana melalui kerja sama yang baik antara Pemprov DKI dengan Komjen Pol, seperti dituturkan Basuki.
Sebelumnya, seorang anggota Polres Minahasa Selatan bernama Jicky Vay Gumerung ditemukan tewas akibat overdosis narkoba di Diskotek Stadium, pada Jumat (16/5), seperti dikutip dari tempo.co. Polisi yang diketahui berpangkat brigadir dua itu diketahui datang ke tempat hiburan malam bersama rekan-rekannya yang juga anggota polisi.
Berdasarkan penyelidikan sementara, Jicky dinyatakan positif mengonsumsi narkoba berdasarkan hasil visum di RS Polri Kramat Jati. Adapun narkoba yang ia konsumsi jenis sabu, yaitu amphetamine dan MDMA.
Selain Jicky, tiga anggota polisi lain yang berinisial M, H, dan M juga dinyatakan positif narkoba. Tiga orang itu diketahui merupakan anggota yang sehari-hari bertugas sebagai reserse.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...