Basuki Tidak Mencontoh Singapura Soal Rusunawa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Purnama menegaskan konsep rumah susun sewa (rusunawa) tidak mencontoh negara Singapura, karena rusunawa tidak untuk dimiliki, melainkan disewa dan itupun hanya untuk warga khususnya yang terkena dampak relokasi maupun warga tidak mampu.
“Saya tidak mau contoh keberhasilan Singapura, negara mereka sudah kesulitan soal tanah karena dijual terus, makanya kita tidak mencontoh negara Singapura. Rusun yang kami bangun tidak boleh dijual, hanya disewakan dengan bayar retribusi yang murah, sehingga orang-orang yang tidak beruntung bisa menikmati, ada tempat bernaung, ada papannya.”kata Basuki di Balai Kota, Kamis (6/2).
Oleh sebab itu dia juga menambahkan, akan mengambil manfaat dan mudaratnya, lalu sesuaikan dengan kondisi masyarakat kita. Menurut Basuki tugas pemerintah harus mengadministrasi keadilan sosial, serta memelihara orang miskin.
Banyak yang mengatakan memindahkan orang ke rusun tidaklah mudah. Namun menurut Basuki, ini hanya soal persepsi saja.
“Pada dasarnya orang pasti akan selalu suka rumahnya. Persoalannya kalau kita turuti penilaian semua orang, apakah anda mau membiarkan orang tetap tinggal di tempat banjir, kan tidak ada pilihan.” tegas Basuki.
Di negara-negara lain, seperti dituturkan Basuki, semua warga dari kalangan menengah ke bawah pasti akan tinggal di hunian vertikal, karena tanahnya harus dibagi bersama. Terlebih di Jakarta sendiri, harga tanah bisa mencapai 10 juta rupiah per meternya.
“Kalau soal tidak terbiasa ya harus dibiasakan.” kata dia.
Untuk membiasakan warga tinggal di rusun, Pemprov DKI telah mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, misalnya di rusunawa Marunda kerja sama dengan UI untuk memberikan semacam pelatihan bagi warga.
Basuki optimis warga rusun Marunda, Jakarta Utara yang tadinya menolak direlokasi dari Waduk Pluit, justru sekarang merasa bersyukur tinggal di sana dan sama sekali tidak menyesal.
“Kita harus berani untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Sekarang bagaimana memindahkan orang di tengah kota supaya hidup lebih layak. Orang tinggal di apartemen mewah saja, yang bahkan dibeli sendiri seharga miliaran rupiah, seringkali bermasalah dengan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS).” kata Basuki.
Basuki menyatakan saat ini sedang membangun rusun yang menggunakan lift, karena bagaimanapun juga ia mengakui pentingnya fasilitas lift tersebut. Ketika membangun rusun dengan luas tanah yang sama, jika tidak pakai lift hanya bisa dibangun maksimal 5 atau enam lantai, sedangkan jika menggunakan lift, maka dapat dibangun hingga 28 lantai atau lebih.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...