Batalyon 10 Marinir Dibangun Berhadapan Langsung dengan Singapura
SATUHARAPAN.COM - Hubungan Indonesia dan Singapura sedang menghangat beberapa waktu belakangan. Pangkal masalahnya adalah protes Singapura atas keputusan Indonesia memberi nama Usman-Harun pada salah satu dari 3 kapal perang terbaru TNI AL yang akan datang tahun 2014 ini. Seperti diketahui, Usman-Harun adalah anggota KKO AL (sekarang Korps Marinir) yang melakukan pengeboman di Singapura. Bagi Singapura, Usman-Harun adalah teroris sementara bagi Indonesia, mereka adalah pahlawan.
Meskipun tidak ada kaitan langsung dengan konflik tersebut, namun bisa jadi TNI sudah punya firasat bahwa ketegangan bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Tahun 2012 lalu, Panglima Tertinggi TNI/Presiden RI memerintahkan Menteri Pertahanan, Panglima TNI dan Kepala Staf TNI AL untuk membentuk konsentrasi kekuatan pasukan Marinir sampai tingkat batalyon di sekitar Batam sebagai upaya mengamankan kawasan terdepan Republik Indonesia.
Perintah tersebut segera dilaksanakan Mabes TNI AL dengan mempersiapkan pembentukan Batalyon 10 Marinir di Pulau Setokok yang tentunya berhadapan langsung dengan negara Singapura. Batalyon ini dibangun di atas lahan seluas 37 hektar dan akan menampung sekitar 600 personel tempur. Fasilitas yang dibangun pada lokasi tersebut meliputi 1 gedung markas batalyon, 1 gedung untuk kompi markas, 3 gedung kompi senapan, gudang senjata, area latihan, rumah dinas, mess perwira, asrama prajurit, dermaga, lapangan tembak dan helipad. Rencananya, batalyon ini akan diresmikan langsung operasionalnya sebelum pertengahan tahun 2014 oleh Presiden RI langsung.
Batalyon 10 Marinir sendiri akan dilengkapi dengan berbagai persenjataan mutakhir yang akan melengkapi penggelaran SSAT (Sistem Senjata Armada Terpadu) yang terdiri atas kapal perang, pesawat terbang, pangkalan dan pasukan Marinir di perbatasan.
TNI memang sedang melakukan pembenahan besar-besaran. Pembelian alutsista baru, retraining batalyon-batalyon di angkatan darat maupun marinir, serta menyebar ulang deployment kekuatan agar tidak terkonsentrasi di pulau Jawa saja adalah hal yang dilakukan TNI agar mempunyai daya tangkal yang lebih baik.
Prinsip hankamrata (pertahanan keamanan rakyat semesta) mungkin masih relevan, namun tidak berarti musuh harus masuk terlebih dahulu ke wilayah kita. Memukul musuh secepatnya jauh lebih efekif untuk meniadakan ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Editor : Prasto Prabowo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...