Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 14:18 WIB | Minggu, 20 Maret 2016

Batik Lasem Kontemporer, Akulturasi yang Terus Berjalan

Batik Lasem Kontemporer, Akulturasi yang Terus Berjalan
Motif batik Lasem kontemporer karya desainer Win Wilopo pada lembaran jarit yang memasukkan unsur klasik dan modern tanpa menghilangkan ciri khas batik Lasem. (Foto-foto: koleksi Win Wilopo)
Batik Lasem Kontemporer, Akulturasi yang Terus Berjalan
Win Wilopo di galeri sekaligus workshop batiknya di Desa Tawangsari, Kec. Rembang - Kab. Rembang, Jawa Tengah. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Batik Lasem Kontemporer, Akulturasi yang Terus Berjalan
Beberapa motif batik Lasem klasik-kontemporer garapan Win Wilopo. Dari kiri-kanan: Sekarjagad (2 warna), Kricakan, Siwalan, Lung-lungan (daun ubi rambat), Latohan, Seritan.
Batik Lasem Kontemporer, Akulturasi yang Terus Berjalan
Baju rancangan Win Wilopo memanfaatkan desain batiknya: Lasem klasik-kontemporer. (atas/ki-ka): Gringsing, Surya Majapahit, Sekarjagad siang-malam, (bawah/ki-ka): Leak Bali, Bunga Matahari, Marka jalan (baju seragam sebuah instansi).

REMBANG, SATUHARAPAN.COM - Bagi para pecinta batik Nusantara tentu tidak asing dengan desain batik motif burung hong, naga, kupu-kupu, dengan kombinasi isian latohan, sekarjagad, ataupun kricakan. Pemakaian warna yang berani semisal merah darah (abang ati), hijau daun (ijo mupus), merah muda (abang njambon), serta warna-warna mencolok dan kontras semakin memudahkan orang mengenali batik Lasem.

Pada awalnya motif batik Lasem banyak dipengaruhi unsur budaya Tiongkok dan Persia, namun dalam perkembangan berikutnya terjadi akulturasi dengan masuknya unsur budaya lokal khas pesisiran dengan penambahan ketiga motif tersebut sebagai isian ataupun tumpal. Motif klasik ini menjadi pilihan banyak orang. Pengerjaan yang detail, pemilihan warna, serta desain yang menarik menjadi alasan para pecinta batik Lasem memburu desain-desain klasik semisal Naga Lokchan Panca Warna ataupun Tiga Negeri meskipun selembar batik tersebut berharga di atas 3 jutaan.

Ditengah meningkatnya permintaan batik Lasem motif klasik, Win Wilopo perajin batik Lasem asal Kecamatan Rembang sudah empat tahun ini melakukan pengembangan desain produknya. Pria yang akrab dipanggil Win menawarkan desain batik Lasem kontemporer dengan memasukkan unsur-unsur baru, pengubahan tata letak, pemakaian warna, hingga desain yang benar-benar baru. Kemampuan menggambar (drawing) banyak membantu menghasilkan desain-desain baru.

Karya batik Win Wilopo sudah banyak dibeli hingga pejabat lokal Rembang maupun Jawa Tengah. Beberapa instansi pun memercayakan desain serta pengerjaan batik Lasemnya untuk seragam kantor. Beberapa waktu lalu presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan istri saat melakukan kunjungan ke Lasem memborong beberapa batik karya Win Wilopo. Sebagaimana diketahui SBY merupakan salah satu pecinta batik Lasem. SBY kerap mengenakan batik Lasem motif Tiga Negeri dalam berbagai acara resmi.

Keberanian berinovasi menjadi salah satu ciri khas karya Win Wilopo. Contoh sederhana, Win mendesain ulang ukuran naga dalam batiknya dikombinasi dengan isian yang simpel serta desain berpola secara detail dan presisi. Hasilnya saat dijahit menghasilkan baju dengan sambungan yang rapi pada pola yang dibentuk. Motif baru yang ditawarkan berupa bunga tulip, tumbuhan siwalan, Leak Bali, bahkan yang cukup ekstrim adalah batik Lasem dengan motif Hello Kitty. Dalam waktu terakhir, Win berhasil merepro lambang Surya Majapahit dikombinasi dengan isian dan tumpal.

Selain mendesain motif batik Lasem kontemporer, Win juga merancang dan memroduksi baju dari batik karyanya. Eksplorasi ini membuka ruang kreativitas lainnya. Sejauh ini rancangan bajunya mendapat respon pasar yang positif.

Motif Siwalan, Akulturasi yang Terus Berlangsung

Batik Lasem menjadi salah satu khasanah batik pesisiran. Ini dicirikan dari isian/isen-isen ataupun tumpal melengkapi motif utama. Tahun 2012 Win Wilopo menawarkan desain Siwalan. Tumbuhan penghasil buah siwalan serta deresan nira, masyarakat setempat menyebut legen, merupakan tanaman yang tumbuh jauh dari pantai, dan dari hasil buah serta teresan niranya menghidupi sebagian besar warga Desa Bogorame dan Desa Jatimudo Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang. Dengan penggunaan warna merah-oranye, motif Siwalan menambah daftar motif batik Lasem.

"Secara garis besar membatik itu meliputi proses mendesain motif/pola, membatik (lengreng), menembok (mopok), mewarnai (nyelup), meluruhkan malam (nglorot), kalau sudah selesai terus dijemur. Prosesnya akan semakin rumit ketika batik lebih dari satu warna. Setiap tahapan punya tingkat kerumitan masing-masing," jelas Win pada satuharapan.com hari Jumat (18/3).

Lebih lanjut Win Wilopo menjelaskan bahwa untuk bisa membatik diperlukan ketekunan. Jika mau belajar dengan tekun, seorang bisa belajar membatik dalam waktu sebulan. "Kekuatan batik itu salah satunya pada desain/motif. Jika bisa menggambar itu akan memudahkan untuk belajar, selain tentunya pengembangan desain," kata Win Wilopo.

Bagi Win Wilopo, hobi menggambar seolah tersalurkan melalui batik. Itu pula yang menginspirasi untuk membuat desain baru batik Lasem tanpa meninggalkan ciri khas Laseman yaitu pemilihan warna serta motif.

"Selama ini, desain-desain kontemporer cukup bisa diterima pasar. Karena itu, kita harus pintar-pintar membaca pasar.  Namun harus tetap memperhatikan ciri khas batik Lasem. Pertama kali saya membuat desain baru motif komodo dengan latar pereng dan isian sekarjagad," kata Win Wilopo menjelaskan eksperimen desain barunya yang dibuat pada tahun 2010. Setelah itu, dia mencoba eksplorasi sehingga tercipta desain lainnya semisal Siwalan, Bunga Tulip, Leak Bali, Bunga Matahari.

"Kalau motif batik Solo ataupun Yogyakarta kan banyak dipengaruhi keraton. Ada pakem-pakem yang harus diikuti dan (polanya) cenderung geometris. Berbeda dengan batik Lasem pesisiran yang lebih bebas dalam kombinasi motif ataupun pemilihan warna. Ini membuka peluang untuk mengembangkan motif Laseman. Kreativitas desainer batik Lasem dituntut untuk menghasilkan karya batik yang bisa menjawab pasar sekaligus mempertahankan dinamika perkembangan batik Lasem itu sendiri," tutur Win Wilopo menjelaskan motivasinya menggarap desain batik Lasem kontemporer.

Dalam satu kesempatan seorang konsumennya memesan batik untuk acara pernikahannya dengan desain peta Indonesia dikombinasi dengan gambar bendera kedua negara dalam bentuk kupu-kupu. Dari pemilihan warna, isen-isen, serta tumpal orang akan dengan mudah mengenali bahwa batik tersebut adalah batik Lasem.

"Kendala pengembangan desain batik Lasem kontemporer justru SDM pembatik. Selama ini para pembatik terbiasa dengan motif klasik, sehingga ketika diperkenalkan dengan motif baru mereka harus belajar lagi dari awal. Kalau untuk motif klasik sudah hapal di luar kepala. Namun untuk motif baru, pengerjaannya bisa lebih lama dan kita harus sering-sering mendampinginya," papar Win Wilopo.

"Motif batik Lasem yang tanpa pakem ini rentan terhadap penjiplakan. Saya menyadari bahwa motif batik Lasem adalah ruang terbuka bagi kreativitas pembatik/desainer batik. Namun begitu, kedepan saya berencana untuk mendaftarkan desain saya untuk dipatenkan agar tumbuh rasa saling menghormati diantara para perajin batik itu sendiri atas kreativitas yang telah dijalaninya," jelas Win Wilopo menyoroti beberapa kasus penjiplakan karya desainnya mengakhiri pembicaraan dengan Satuharapan.com. Win Wilopo rencananya bersama dengan 2 orang desainer/perajin batik Lasem mewakili Kabupaten Rembang mengikuti Inacraft 2016 di Jakarta Convention Center, 20-24 April 2016.

Adanya tawaran desain batik Lasem kontemporer menjadi titik penting perkembangan batik Lasem di masa datang. Bisa jadi akulturasi yang mewujud dalam selembar kain batik Lasem sedang menemui jalan persimpangan dan akan terus berlangsung. Jadi membayangkan tokoh Spiderman mengganti kostum kebanggaannya: kombinasi pola jaring laba-laba warna merah-biru gelap dengan kostum bermotif batik Lasem kombinasi motif Naga dengan isian kricakan. Atau batik Lasem dengan motif aksi Spiderman dalam balutan sekarjagad. Mengapa tidak?

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home