Batu atau Kapas?

SATUHARAPAN.COM – ”Mana lebih berat batu 100 kg atau kapas 100 kg?” Dengan ke-PeDe-an dan spontanitas ala Petrus, aku menjawab, ”Batu!” Sesegera itu pun aku tahu jawabanku keliru.

”Kalau dimasukkan ke dalam air, mana yang lebih berat, batu 100kg atau kapas 100kg?"

Meskipun sudah salah di pertanyaan pertama, namun logika ini seakan masih tidak bisa diajak jernih. Tetap saja bibirku menjawab: ”Batu!” Skor pun tercatat 0:2. Maklum, ketika itu masih SD.

Tiga puluh tahun kemudian, seseorang kembali bertanya kepadaku dengan masih melibatkan kedua benda aneh itu. ”Mana yang lebih bisa menampung air, apakah batu 100 kg ataukah kapas 100 kg?”

Untuk pertanyaan ini aku terdiam. Bukan saja keluguan masa kecilku yang terlintas, namun kata-kata Guru dari Nazaret: ”Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau.”

Pernah merendam batu atau kapas—tidak perlu 100 kg, tentu saja—dalam gelas berisi air? Setelah diangkat ke permukaan, tidak perduli seberapa lama batu direndam dalam air, air tetap tidak berada dalam batu. Hanya batu yang berada di dalam air.

Namun hal yang berbeda terjadi, jika kapas yang kita rendam. Setelah diangkat ke permukaan, kapas pun ”mengandung” air. Pertanda tidak hanya kapas di dalam air, namun juga air berada di dalam kapas.

Tetapi tunggu, jangan-jangan… kesulitan orang Kristen dalam mengenal Tuhannya… hanya karena memilih menjadi seperti batu: menolak air ke dalam dirinya. Dengan kata lain, Tuhan yang harus ikut apa yang kita mau, bukan kita yang mengikut Tuhan. Lihatlah, daftar doa-doa berikut:

1. Tuhan, kami minta ini dan itu!
2. Berkati kami dengan ini dan itu!,
3. Jaga kami…!
4. Tolong ini dan itu!

Menempatkan Tuhan dengan kemahakuasaan-Nya, sebagai tim sukses, bahkan lebih buruk lagi tukang pukul bahkan kacung, bukanlah hal yang patut. Semoga kita segera sadar, sebelum kerohanian kita sungguh-sungguh 100 persen membatu.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com