BBC Minta Maaf Atas Berita Kematian Ratu Elizabeth II
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah media ternama, termasuk CNN dan surat kabar Jerman, Bild, sempat tertipu ketika mempercayai dan mengutip kicauan lewat akun twitter yang menyatakan Ratu Inggris, Ratu Elizabeth II, meninggal dunia, pada hari Rabu (3/6). Berita itu cepat-cepat diralat ketika mengetahui bahwa kicauan itu adalah sebuah kekeliruan yang dilakukan oleh salah seorang wartawan BBC untuk layanan berbahasa Urdu.
Dalam sebuah pernyataan kepada NBC News, pada hari Rabu, juru bicara BBC mengatakan, "Selama latihan teknis untuk penulisan obituari, beberapa kicauan terkirim secara keliru dari akun seorang wartawan BBC, yang mengatakan bahwa anggota keluarga kerajaan telah jatuh sakit. Tweet tersebut dengan cepat dihapus dan kami mohon maaf atas semua pelanggaran tersebut."
CNN Newsource yang sudah sempat mengutip kicauan tersebut, juga melansir pernyataan minta maaf. "Pemirsa, silahkan abaikan tweet kami sebelumnya tentang Ratu Elizabeth. Itu dikirim dalam kesalahan."
Menurut eonlince.com, wartawan BBC yang menulis kicauan keliru itu bernama Ahmen Khawaja, seorang wartawan yang bekerja untuk layanan berbahasa Urdu BBC. Dalam postingan awalnya, ia mengabarkan bahwa Ratu Inggris berusia 89 tahun telah dibawa ke rumah sakit. Lalu disusul oleh sebuah tweet kedua, yang mengumumkan "Ratu Elizabeth [sic] telah meninggal."
Namun berbeda dengan pernyataan resmi BBC tentang penyebab kekeliruan tersebut, Khawaja mengatakan ia meninggalkan ponselnya di rumah tanpa pengawasan.
Dalam percakapan telepon dengan produser kerajaan ITV, seorang juru bicara Istana Buckingham mengatakan Ratu dalam keadaan sehat. "Saya dapat mengkonfirmasikan bahwa Ratu pagi ini menghadiri pemeriksaan kesehatan tahunan nya di rumah sakit Raja Edward VII di London. Ini adalah jadwal rutin. Ratu kini telah meninggalkan rumah sakit dan menjalankan kegiatannya hari ini."
Kepada The Guardian, kepala BBC newsgathering, Jonathan Munro, mengkonfirmasi bahwa ia mengirimkan rincian latihan penulisan obituari itu melalui email kepada staf pada hari Rabu. "Ini telah disimpan dalam buku harian selama beberapa waktu- dan tidak ada alasan editorial mengapa hal ini terjadi sekarang," kata dia.
Ia menggambarkan latihan itu disiapkan untuk mengantisipasi penyiaran obituari bagi tokoh-tokoh Kategori Satu. BBC menempatkan empat orang yang termasuk dalam Kategori Satu yaitu Ratu Elizabeth II, Pangeran Philip, Pangeran Charles dan Pangeran William.
"Sangat penting bahwa kita dapat melakukan skenario latihan ini secara privat," tulis Munro dalam e-mail-nya.
BBC memang menganggap pemberitaan tentang kematian orang penting harus dilakukan secara tepat dan berhati-hati. Tidak heran bila pada tahun 2011, staf stasiun televisi Inggris BBC diharuskan menerima pelatihan khusus mengenai tata cara penyiaran wafatnya Ratu Elizabeth II, apabila itu terjadi. Ini dilakukan guna menghindari kesalahan yang dilakukan saat menyiarkan berita kematian Ibu Suri pada 2002 lalu.
Kala itu, presenter Peter Sissons, menyiarkan berita kematian Ibu Suri dengan mengenakan jas abu-abu dan dasi merah burgundi. Akibatnya, BBC banyak menerima keluhan dari masyarakat Inggris karena pakaian Sissons dianggap tidak menghormati Ibu Suri.
Pada saat yang sama ketika itu, stasiun televisi saingan, ITV, mengharuskan seluruh presenter mengenakan dasi hitam untuk menyiarkan berita duka cita. Sejak itu, BBC mengubah kebijakannya dengan mengharuskan para pewarta mengenakan jas berwarna gelap, dan pewarta pria harus mengenakan kemeja putih dan dasi hitam sebagai bentuk penghormatan.
Ikuti berita kami di Facebook
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...