Loading...
SAINS
Penulis: Tunggul Tauladan 18:55 WIB | Rabu, 05 Februari 2014

Becak Listrik, Solusi Angkutan Tradisional yang Ramah Lingkungan

Becak Listrik, Solusi Angkutan Tradisional yang Ramah Lingkungan
Becak listrik milik Darsono. (Foto-foto: Tunggul Tauladan)
Becak Listrik, Solusi Angkutan Tradisional yang Ramah Lingkungan
Dinamo pada becak listrik.
Becak Listrik, Solusi Angkutan Tradisional yang Ramah Lingkungan
Rem cakram dan lampu sein pada becak listrik

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Becak merupakan alat transportasi tradisional yang telah lekat sebagai trademark Yogyakarta. Alat transportasi beroda tiga ini banyak ditemukan di setiap penjuru Yogyakarta. Selain ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi, becak juga diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Kota Gudeg ini. Alat transportasi yang memakai tenaga manusia untuk menjalankannya ini telah dikenal sejak lama keberadaanya. Becak telah ada di Yogyakarta sejak zaman Belanda. Hingga kini, keberadaan becak masih dipertahankan di Yogyakarta.

Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan becak juga mulai berinovasi. Jika sebelumnya becak menggunakan tenaga manusia, kini mulai muncul becak motor (bentor). Keberadaan bentor cukup diminati karena lebih mudah dalam penggunaan sekaligus tidak terlampau mengeluarkan baanyak tenaaga dalam mengoperasikannya. Namun, keberadaan bentor ini menuai masalah, pertama, kecepatan bentor yang lebih kencang daripada becak konvensional dinilai rawan kecelakaan. Kedua, bentor dinilai kurang ramah lingkungan karena menggunakan premium yang menghasilkan gas buang.

Polemik seputar bentor sempat mengemuka ketika ratusan pengemudi bentor berunjuk rasa di depan Kantor DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Selasa (28/1/2014) silam. Mereka menuntut agar bentor dilegalkan karena beberapa alasan. Salah satu alasan yang paling nyaring terdengar adalah usia para pengemudi becak yang rata-rata sudah tak muda lagi sehingga menyulitkan bagi mereka jika harus mengayuh becak sepanjang hari. Alhasil, bagi mereka bentor adalah solusinya.

Kini polemik becak dan bentor tampaknya telah menemukan solusi. Salah satunya adalah keberadaan becak listrik di Yogyakarta. Becak listrik memiliki bentuk laiknya becak pada umumnya. Namun, satu perbedaan mendasar dari becak listrik adalah penggunaan dinamo yang menghasilkan listrik sehingga dapat menggantikan penggunaan tenaga utama. Dinamo ini diletakkan di tempat yang sama dengan pedal kayuh, sehingga jika listrik dari dinamo telah habis, maka pengayuh dapat menggunakan pedal untuk mengayuh sekaligus mengisi kembali (recharge) dinamo becak.

Secara resmi, becak listrik dikenalkan ke publik di acara “Car Free Day” pada Minggu (2/2) silam. Namun, menurut penuturan Bapak Darsono, pengayuh becak listrik yang ditemui satuharapan.com pada Selasa (4/2), beliau sudah menggunakan alat transportasi ini sejak sebulan lamanya. “Kulo sampun sewulan ngagem becak listrik meniko (saya sudah satu bulan menggunakan becak listrik ini)”. Sehari-hari, pria asal Bumijo, Kota Yogyakarta ini menggunakan becaknya untukmenjemput anak sekolah.

Pak Darsono menuturkan, jika becak listrik ini lebih nyaman dipakai dibandingkan dengan becak konvensional. Becak listrik dilengkapi dengan alat keamanan yang tidak dimiliki oleh becak konvensional, yaitu lampu sein dan rem cakram di roda bagian belakang. Selain itu, becak listrik juga tidak menguras tenaga dan bisa menempuh jarak yang cukup jauh tanpa harus dicharge. “Becak ini saged diagem ngantos Bantul mas (becak ini bisa dipakai hingga ke Kabupaten Bantul),” demikian disampaikan oleh Pak Darsono. 

Pada dasarnya teknologi becak listrik merupakan turunan dari sepeda listrik yang telah lebih dulu muncul. Sebagai contoh, dinamo yang merupakan inti penggerak dari becak listrik ini diimpor dari Cina. Dinamo tersebut mampu menghasilkan daya hingga 500 watt sehingga mampu menarik beban hingga 300 Kg. Kapasitas penuh dinamo dapat diisi dengan cara dicharge selama 4 jam atau dikayuh dengan tenaga manusia. Dengan daya tersebut, becak listrik mampu menempuh jarak sejauh 60 Km dengan kecepatan 30 Km/jam.

Becak listrik pertama kali dikenalkan oleh seorang siswa dari SMK PIRI 1 Yogyakarta bernama Muhammad Sunardi Putra. Siswa SMK ini memperkenalkan becak listrik hasil karyanya dalam sebuah pameran di Banteng Vredeburg pada 13 Mei 2013 silam. Melihat peluang ini, seorang usahawan muda bernama Winawan MR atau akrab disapa Wiwin Vegas tertarik untuk mengembangkan dan memodifikasi becak tersebut sehingga lebih sempurna. Kini, becak listrik buatan Wiwin Vegas bisa dikatakan telah menjadi salah satu dari polemik seputar keberadaan bentor di Yogyakarta. 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home