Belajar Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab adalah salah satu prasyarat agar kita mampu menikmati kehidupan bersama.
SATUHARAPAN.COM – Suatu siang selepas ibadah di gereja, dalam perjalanan pulang, tiba-tiba mobil saya diserempet dari samping kanan oleh sebuah mobil yang menerobos antrean. Karena tidak dapat ruang melaju, Si Pengemudi lalu banting setir ke kiri dan kemudian menabrak sisi depan mobil saya.
Awalnya Si Empunya mobil malah menyalahkan kami karena tidak mengerem. Kemudian dia hanya mau mengganti sekadarnya. Dia beralasan nggak punya uang, sedang buru-buru, dan ada urusan penting. Saya memaksa dia untuk bertanggung jawab mengganti kerusakan karena kecerobohannya. Setelah perdebatan yang cukup lama, rupanya dia sadar tak mungkin lari dari tanggung jawab karena ada banyak saksi yang melihat. Dia pun akhirnya mau ke bengkel terdekat dan menanggung biaya perbaikan mobil kami.
Dari pengalaman tersebut saya menarik beberapa pelajaran. Pertama, prinsip kehati-hatian harus disadari dan dilakukan bersama, kalau tidak ya percuma. Jika hanya seorang yang hati-hati dan yang lainnya sembrono, maka apalah artinya. Kedua, sikap gentleman di jalanan harus dimiliki setiap pengguna jalan. Kalau salah, ya akui kesalahan itu, lalu bertanggung jawab. Ketiga, perlunya memperhitungkan secara cermat semua tindakan dalam berkendara.
Bukan hanya di jalanan. Dalam semua aspek kehidupan tampaknya juga berlaku aturan semacam itu—prinsip kehati-hatian, menghormati kepentingan orang lain, bertanggung jawab, mau meminta dan memberi maaf, serta mempunyai perhitungan cermat sebelum mengambil sikap dan tindakan.
Itulah prasyarat utama agar kita mampu menikmati kehidupan bersama.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...