Belajar dari Beningnya Embun
SATU HARAPAN.COM-Embun selalu bening. Hadir dalam keteduhan dan kesederhanaan alami, juga dalam ketenangan alami. Hadir dalam suasana damai dan santun, tanpa gejolak, tanpa hiruk-pikuk, tanpa kekerasan. Embun yang bening itu—meski berasal dari sumber yang bening—sering dalam perjalanannya tidak mampu mempertahankan kebeningannya. Pengembunan adalah proses fisika di mana uap air melepaskan panasnya sehingga menjadi zat cair. Uap air sendiri awalnya bisa dari beragam keadaan—air yang bening, keruh, bergejolak, atau yang cemar penuh polutan. Semuanya menguap dan kemudian mengembun.
Melewati tingginya keadaan, mengarungi badai, terhempas angin tanpa pernah mampu mengendalikan diri. Namun, semua itu adalah jalan yang mesti ia tempuh untuk hadir dalam bening yang elok dan rupawan. Bening yang membuat semua mata terpesona memandangnya.
Hidup manusia adalah sebuah perjalanan panjang yang—sering tak terlihat ujungnya. Di setiap fase manusia selalu menghadapi aneka pergulatan persoalan. Terkadang manusia hadir dalam wajah yang menggambarkan keramahan dewata, namun acap hadir pula dalam wajah bengis bagai Rahwana.
Namun demikian, kita perlu belajar dari embun yang mampu mengolah diri dari segala keadaan untuk mampu tampil di pentas publik dengan bening. Manusia semestinya mampu mengolah segala pengalaman hidup menjadi sebuah tampilan yang bening. Tak peduli adanya beban yang menggantung, masalah yang rumit, gejolak yang membara.Yang utama adalah kemampuan untuk mengolah semuanya—melepaskan panasnya—untuk menjadi sebening embun.
Selamat mengolah diri demi hadirnya wajah kita yang bening—sebagaimana dicitakan Pencipta!
Jaga Imun Tubuh Atasi Tuberkulosis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter Spesialis Paru RSPI Bintaro, Dr dr Raden Rara Diah Handayani, Sp.P...