Belajar dari Kearifan Leluhur Nias
SATUHARAPAN.COM – Bagi masyarakat Nias, pohon merupakan bagian penting dan bernilai dalam hidup. Selain sebagai bahan bangunan, sumber makanan, dan penjaga keseimbangan ekosistem, pohon juga menjadi wahana pewarisan kearifan leluhur.
Di Kepulauan Nias terdapat banyak pohon besar lokal, salah satunya pohon bowo. Pohonnya besar dan tinggi. Buah bowo terdapat di ujung dahan paling atas sehingga sulit mengambilnya. Karena itulah, orang Nias menyebutnya ”bowo lawa”, artinya buah bowo di ketinggian. Ada juga pohon ma’ae. Pohonnya sama besar dan juga tinggi, tetapi buahnya terdapat di dahan bagian bawah. Jadi, buahnya mudah diambil.
Berkait dengan dua pohon itu, masyarakat Nias mempunyai ungkapan: ”böi ezi-ezi mbowo lawa, ambö-ambö dana, he ha ma’ae, ba ahatö tou.” Artinya: jangan terlalu merindukan buah bowo di ketinggian karena tidak terjangkau. Lebih baik berencana mengambil buah ma’ae yang lebih mudah diraih.
Tentunya, nasihat ini tidak menghalangi orang bercita-cita tinggi. Namun, sering kali manusia karena kesombongannya merencanakan sesuatu yang begitu tinggi, yang sungguh melampaui kesanggupan untuk meraihnya. Kearifan leluhur ini hendak mengingatkan manusia untuk menjangkau apa yang bisa dijangkau dan mengurus apa yang dapat diurus. Rencana boleh tinggi, namun harus tetap realistis. Jangan hanya bersemangat memimpikan perkara-perkara besar dan hebat! Tetapi, perlu juga menunjukkan kemampuan dalam menyelesaikan perkara-perkara kecil tetapi nyata secara bertanggung jawab.
Lagi pula, siapa yang setia dalam perkara-perkara kecil akan diberikan tanggung jawab dalam perkara-perkara besar. Itu sudah jadi hukum alam.
email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...