Belajar Makna Hidup dari Bulir Padi
SATUHARAPAN.COM – Beberapa waktu lalu saya bertemu Pak Yeremia—seorang petani yang sangat rajin. Dia memilih padi jenis unggul untuk lahan sawahnya dan merawatnya dengan penuh kasih. Jika ada rumput, atau kiambang, yang hidup di sela-sela tanaman padinya, maka segera dibuangnya. Jika padi mulai menguning dan burung-burung mulai suka berdatangan, diambilnya kaleng-kaleng bekas susu anaknya, dirangkaikannya dengan buah kelapa tua kering yang jatuh dan diberikannya baju bekasnya untuk menjadi orang-orangan sawah yang dihubungkan dengan tali. Ketika beberapa burung mendekat, Pak Yeremia segera menarik tali itu sehingga berbunyi nyaringlah orang-orangan sawah itu untuk menakuti burung-burung. Begitulah cara Pak Yeremia mengusir burung-burung yang hendak memakan hasil sawahnya.
Hidup kita tak jauh beda dengan padi yang ditanam Pak Yeremia. Kita dipilih Sang Petani Agung, ditanam-Nya di suatu tempat yang dikehendaki-Nya, dirawat-Nya sedemikian rupa dengan kasih. Dia memberi kita makanan cukup dan melenyapkan para pengganggu kehidupan kita. Harapannya hanya satu: kita menghasilkan bulir-bulir bernas—yang akan dapat dimanfaatkan sesuai kehendak-Nya.
Namun, yang kadang terjadi, bulir hidup kita hampa—hanya sekam tanpa isi. Dan itu sangat mendukakan-Nya. Karena itu, marilah kita hasilkan bulir-bulir bernas—kehidupan yang menjadi berkat tak hanya bagi diri sendiri, terutama sesama. Itulah yang sungguh-sungguh dirindukan-Nya!
Mari berbuah baik!
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...