Bencana Filipina Disusul Penjarahan dan Kelaparan
MANILA, SATUHARAPAN.COM - Kepanikan dan kekacauan menghantui kawasan bencana di Filipina tak lama setelah topan badai Haiyan dengan kecepatan embusan angin lebih kurang 300 kilometer per jam itu menghantam negara kepulauan tersebut, pada Jumat (8/11) dini hari.
Penduduk yang terancam bencana kelaparan, seperti dilaporkan Deutsche Welle, menjarah pusat-pusat perbelanjaan untuk mencari makanan dan air minum. Dua hari usai badai mengamuk, korban yang selamat masih menunggu bantuan yang datang tersendat.
Sejauh ini, seperti diberitakan berbagai media, korban tewas diperkirakan mencapai sekitar 10.000 orang. Ratusan ribu penduduk kehilangan tempat tinggal. Sebagian menetap di reruntuhan rumah masing-masing. Di Pulau Samar 300 orang dinyatakan tewas, sementara 2.000 lainnya masih hilang.
Haiyan adalah salah satu topan badai terkuat dalam sejarah meteorologi bumi. Citra udara menggambarkan kawasan pesisir yang terlanda luluh lantak, puluhan ribu rumah rata tanah, dan genangan air di berbagai tempat. Kawasan bencana hingga saat ini masih terputus dari dunia luar menyusul kerusakan pada infrastruktur komunikasi.
Penjarahan
Pemerintah di Manila mengirimkan ratusan petugas kepolisian dan ribuan tentara untuk menjaga keamanan dan mengangkut mayat-mayat yang masih berserakan di pinggir jalan. Pada Minggu (10/11), militer merencanakan penguburan masal untuk menghindari wabah penyakit.
Saat ini pemerintah lokal mendesak Presiden Benigno Aquino untuk memberlakukan status darurat perang di kawasan-kawasan yang dilanda bencana. Situs berita ABS-CBS di Manila melaporkan, Wakil Gubernur Tacloban, Jerry Yaokasin melaporkan kepada Presiden Aquino soal aksi penjarahan di daerah bencana yang dilakukan penduduk daerah sekitar.
Roger Marcado, Gubernur Provinsi Leyte Selatan, melaporkan toko-toko dijarah dan penduduk bahkan berusaha menjarah bank dan ATM. Sebuah foto milik kantor berita DPA menunjukkan seorang pemilik toko yang memegang senjata di depan tokonya untuk menakut-nakuti penjarah.
Presiden Benigno Aquino yang sempat berkunjung ke lokasi mengkritik pemerintah lokal lantaran dinilai tidak cukup mempersiapkan diri kendati telah mendapat peringatan dini. Hingga kini penyaluran bantuan masih tersendat lantaran kerusakan yang melanda infrastruktur utama seperti jalan, bandar udara, dan pelabuhan.
Luar Negeri
Selain Amerika Serikat yang menyiapkan bantuan untuk pencarian dan penyelamat serta logistik, Rusia juga dikabarkan menyatakan siap membantu.
PBB, melalui Badan Pangan Dunia (WFP) juga sudah menerbangkan makanan siap saji ke kawasan-kawasan bencana di Filipina. Sekjen PBB Ban Ki-moon, seperti dilaporkan New Strait Times, melalui juru bicara PBB Martin Nesirky, menyatakan kesedihannya atas korban yang begitu besar. Ia menyerukan Badan PBB untuk Kemanusiaan segera mengulurkan tangan.
Pemerintah Indonesia, seperti bisa dibaca di Deutsche Welle, juga telah menjanjikan bantuan kepada Filipina. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Badan Nasional Penanggunlangan Bencana untuk berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, TNI, Badan SAR Nasional, dan ASEAN. Indonesia menyiapkan bantuan makanan siap saji, air minum, generator listrik, bahan bakar, serta obat-obatan khususnya antibiotik. (AP/Rtr/DPA/NST)
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...