DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja
22:47 WIB | Minggu, 10 November 2013
Buku Malala Yousafzai Dilarang di Sekolah Swasta Pakistan
PAKISTAN, SATUHARAPAN.COM - Para pejabat Pakistan mengatakan mereka telah melarang buku dari aktivis pendidikan Malala Yousafzai untuk disebar di sekolah swasta di seluruh Pakistan. Menurut pejabat, buku berjudul I'm Malala merupakan alat propaganda dari Barat.
Sejak tahun lalu Malala menarik perhatian dunia ketika Taliban menembaknya di kepala di dekat rumahnya, Pakistan karena mengkritik kelompoknya. Setelah dirawat di Inggris, Malala lalu merilis memoar dirinya pada bulan Oktober, "I'm Malala," yang ditulis bersama wartawan Inggris Christina Lamb.
Adeeb Javedani, presiden All Pakistan Private Schools Management Association, mengatakan pada Minggu (10/11) bahwa asosiasinya melarang buku Malala ditempatkan di perpustakaan sekolah dari seluruh 40.000 sekolah afiliasinya. Menurut dia, Malala sedang mewakili Barat, bukan Pakistan.
Kashif Mirza, ketua All Pakistan Private Schools Management Association, mengatakan, "Malala adalah model bagi anak-anak, tetapi buku ini telah membuat kontroversi, melalui buku ini, ia menjadi alat dari kekuatan Barat."
Dia mengatakan buku itu tidak menunjukkan penghormatan yang cukup pada Islam karena menyebut nama Nabi Muhammad SAW tanpa menggunakan singkatan "SAW " seperti layaknya kebiasaan di banyak bagian dunia Muslim.
Malala telah menjadi pahlawan internasional untuk menentang Taliban dan berdiri untuk pendidikan anak perempuan . Tetapi teori konspirasi telah berkembang di Pakistan bahwa penembakan itu dipentaskan untuk menciptakan pahlawan bagi Barat .
Malala telah menjadi pahlawan internasional karena berani menentang Taliban dan berjuang mempromosikan pendidikan anak perempuan. Tetapi teori konspirasi telah berkembang di Pakistan bahwa penembakan itu dibuat untuk menciptakan pahlawan bagi Barat. (abcnews.go.com/aljazeera.com)
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Utusan AS: Akhir Perang Israel dan Hizbullah ‘Dalam Gengga...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Utusan Amerika Serikat, Amos Hochstein, mengatakan pada hari Selasa (19/11) ...