Bentara Budaya Yogyakarta Gelar SURVIVE! Attack 2018
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Enam belas seniman-perupa dari ruang kolektif SURVIVE!garage menggelar pameran seni rupa SURVIVE! Attack 2018 di Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran dibuka oleh pemilik Natan art space Nasir Tamara, Minggu (5/8) malam.
SURVIVE! Attack adalah program rutin yang dihelat oleh SURVIVE!garage untuk mempresentasikan karya-karya anggotanya di kota-kota dimana SURVIVE!garage berjejaring di manca negara. Penyelenggaraan SURVIVE! Attack 2018 adalah penyelenggaraan yang ketiga setelah dua penyelenggaraan sebelumnya dihelat di Sydney dan Melbourne (Australia). Penyelenggaraan di Yogyakarta seolah untuk meneguhkan jaringan ruang kolektif SURVIVE!garage bersama fan familia dan menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu simpul jejaring dalam keterhubungan dengan dunia luar.
Hingga saat ini SURVIVE!garage aktif membuat program diskusi, workshop, maupun pameran seni mewadahi seniman anggota Fan familia, sahabat SURVIVE!, maupun seniman manca negara untuk berbagi, berdiskusi, berproses bersama, maupun mempresentasikan karya-karyanya. Beberapa waktu lalu direktur galeri York College-Pennsylvania (AS) Matthew Clay-Robison baru saja berbagi pengalaman tentang penanganan isu-isu sosial melalui printmaking.
Dalam perjalanannya sepuluh tahun SURVIVE!garage terus membangun inisiatif bersama di antara fan familia dalam berproses karya maupun menyikapi isu-isu sosial-politik-lingkungan dan politik yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Percikan semangat inilah yang terus mereka jaga.
Sebagai sebuah ruang kerja kolektif, selain memberikan ruang presentasi-apresiasi SURVIVE!garage menjadi ruang dialog diantara mereka yang berkunjung. Diskusi-perdebatan dalam berbagai arah yang bisa berlangsung setiap saat sepanjang tahun menjadikan SURVIVE!garage sebagai ruang kerja kolektif yang relatif dinamis. Kondisi tersebut tentunya menguntungkan bagi peta perkembangan seni rupa Yogyakarta dan Indonesia.
Dengan mengusung paint, print, paste sebagai tajuk kecil pameran, SURVIVE! Attack 2018 mempresentasikan karya lukisan, karya grafis, serta instalasi memanfaatkan berbagai medium-material. Keberanian untuk merespon berbagai medium karya menjadi salah satu penanda bagi karya-karya yang dipamerkan.
"Saat diskusi menyiapkan karya untuk pameran setiap peserta terlibat ditawarkan untuk mempresentasikan karya terbaru yang dianggap paling kuat ataupun sedang menjadi fokus karya. Bisa karena pertimbangan medium ataupun isu-isu yang diangkat. Saya sendiri masih melanjutkan pada project karya di atas papan/plang bekas," papar Ismu Ismoyo dalam perbincangan dengan satuharapan.com saat pembukaan pameran, Minggu (5/8) malam.
Ismu mempresentasikan karyanya dengan medium rambu-rambu lalu lintas bekas, papan nama, dan selembar seng bekas box rumah sambungan kabel. "Rambu-rambu lalu-lintas dan papan nama saya beli dari lelangan barang bekas ataupun membeli pada pemilik langsung barang bekas tersebut."
Di atas material bekas itulah Ismu menyampaikan kritik-kritik sosial dari dinamika politik terbaru yang kerap bersinggungan langsung dengan rasa keadilan dan kemanusiaan dalam lingkup regional maupun nasional: "Mal Praktik" yang masih kerap terjadi dalam dunia medis, "Alumni 98" yang seolah kehilangan sense pada penderitaan rakyat, "Parkir" di Yogyakarta yang menjadi lahan basah dan bisa mencekik siapapun setiap saat, "Panel 4" dengan ilustrasi penderitaan rakyat yang menjadi santapan penghuni Senayan, ataupun "Proyek" dengan sebuah narasi gambar yang secara gamblang kepada pihak mana kritik tersebut dilontarkan.
Dalam dua lembar kain blacu Fitri dk membuat karya seri cukil kayu "Women March #1" dan "Women March #1" tentang perjuangan kaum perempuan dalam hal kesetaraan serta terlepas dari penindasan di berbagai ranah. Hingga saat ini realitasnya kaum perempuan dan anak-anak menjadi kaum yang rentan terhadap berbagai kejadian maupun kebijakan akibat praktik hukum yang belum bisa ditegakkan secara adil maupun kebiasaan-perilaku yang masih tumbuh di masyarakat.
Eksplorasi dalam merespon medium-material secara 'nakal' dilakukan oleh Dhomas "el Kampretto" Yudhistira dalam karya lukisan polyurethane di atas lembaran aluminium berjudul "Punk eran Dipogeoro". Dalam lukisan tersebut Kamprett menggambarkan sosok Pangeran Diponegoro mengendarai sebuah motor (scrambler brat custom) dengan merk Jawa. Sementara pada lukisan berjudul "Bersulang", Kamprett merekonstruksi lukisan Perang Waterloo dengan figur Napoleon Bonaparte mengendarai Triumph dan bersenjatakan gitar stratocaster.
Karya drawing "Kisah Pohon Terakhir" yang dibuat Ranggalawe dengan pena di atas kertas bersama karya cukil kayu (woodcut) lainnya menjadi kritik yang menukik pada permasalahan hari ini dimana program pembangunan berakibat pada krisis lingkungan yang terjadi, realitasnya belum masuk dalam pembahasan etika-politik lingkungan dalam berbagai kebijakan. Dampaknya adalah terancamnya kelestarian alam, kehidupan manusia, dan kemanusiaan itu sendiri.
Selain presentasi karya digelar juga lapak merchandise-karya dari SURVIVE! fan familia selama pameran serta tour karya didampingi oleh masing-masing seniman yang akan dilakukan pada hari terakhir pameran.
Pameran SURVIVE! Attack 2018 paint, print, paste akan berlangsung di Bentara Buda Yogyakarta Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta hingga 12 Agustus 2018.
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...