Beragam Persoalan di Balik Cantiknya Kepulauan Seribu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kabupaten administrasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Kepulauan Seribu, bak sepotong surga bahari yang diturunkan bagi para pecinta panorama laut di Tanah Air.
Letaknya yang tak jauh dari daratan Jakarta membuat Kepulauan Seribu menjadi sorotan para pelancong untuk singgah dan bermalam di pulau-pulau cantiknya.
Namun sayangnya, diorama surga bahari yang dimiliki Kepulauan Seribu menyimpan berbagai permasalahan klasik.
Sampah
Bukan hanya di Kepulauan Seribu saja, sebenarnya permasalahan sampah juga menjadi permasalahan klasik yang dialami banyak daerah di Tanah Air, bahkan di negara-negara lain. Namun, permasalah sampah di Kepulauan Seribu tentu menjadi persoalan krusial karena akan mengurangi persentase kecantikan yang dimiliki pulau-pulau potensial itu.
Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, sampah organik dan anorganik tampak dibiarkan menggunung di dekat tumbuhan-tumbuhan bakau. Penduduk lokal pun mencoba memusnahkannya dengan membakar tumpukan sampah itu. Sayangnya, limbah pembakaran sampah justru tampak mengotori keindahan pantai.
Tumpukan sampah ini lambat laut juga akan berdampak negatif, baik bagi lingkungan maupun bagi kesehatan masyarakat.
Kesehatan
Selain masalah sampah, masalah krusial yang dihadapi oleh warga Kepulauan Seribu adalah masalah kesehatan. Meski masing-masing pulau telah memiliki Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), ternyata tenaga medis dokter spesialis masih sangat jarang ditemui. Di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, warga mengaku tak memiliki dokter spesialis, seperti dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Padahal, masyarakat sekitar mengaku sering mengalami masalah tenggorokan.
“Karena cuaca panas, warga di sini banyak yang minum es sehingga laporan sakit yang paling tinggi adalah sakit tenggorokan. Sayangnya di sini tidak ada dokter THT, jadi dokter umum penanganannya hanya terus diberi obat antibiotik atau obat generik lainnya. Lama-lama kan bahaya untuk ginjal,” ujar Dokter Marko yang bertugas di Puskesmas Kepulauan Seribu saat ditemui satuharapan.com pekan lalu di Puskesmas Untung Jawa.
Selain itu, masalah aksesibilitas untuk warga yang berada dalam keadaan kritis juga menjadi persoalan. Dokter lokal terpaksa harus menunggu kapal untuk mengevakuasi warga yang kritis untuk dibawa ke rumah sakit besar di daerah ibu kota.
Pendidikan
Masalah pendidikan juga menjadi persoalan yang tengah dialami warga di Kepulauan Seribu, khususnya di Pulau Untung Jawa. Warga sekitar mengaku, di Pulau itu tak terdapat Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Hanya ada satu SD dan satu SMP,” kata salah seorang warga kepada satuharapan.com.
Warga yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA terpaksa harus menyebrang ke Pulau Tidung atau ke wilayah daratan Jakarta.
Namun, biaya yang dikeluarkan untuk sekolah di seberang itu tentu tak sedikit. Akibatnya, banyak warga yang memilih tak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan berhenti di jenjang SMP.
Air Bersih
Air bersih adalah masalah klasik yang dialami warga kepulauan di wilayah Tanah Air, termasuk Kepulauan Seribu. Warga harus membeli air bersih dari daratan Jakarta untuk kebutuhan makan dan minum, bahkan mandi. Air yang mengalir di Kepulauan Seribu itu merupakan air payau. Untuk persoalan makan dan minum saja, warga kepulauan ini harus mengeluarkan kocek lebih dalam.
Untuk satu wadah berisi air bersih berukuran 10 liter, warga harus membayar lebih dari Rp 10.000.
Pencurian Pasir
Pekan lalu, Bupati Kepulauan Seribu Tri Djoko Sri Margianto membenarkan adanya dugaan sindikat pencurian pasir di wilayah Kepulauan Seribu.Kapal pencuri pasir itu diduga didatangkan dari daerah Banten. Pengerukan pasir diduga bertujuan untuk perluasan daratan di sekitar Kepulauan Seribu agar bisa didirikan lebih banyak homestay. Padahal diambilnya pasir putih itu berbahaya untuk ekosistem laut. Sayangnya, Bupati Tri Djoko mengaku tidak memiliki wewenang untuk membuat peraturan. "Kami berbeda dari pemerintah yang lain. kami nggak bisa bikin peraturan," ujarnya.
Selanjutnya, tindakan sementara yang dilakukan Bupati ialah berkoordinasi dengan pemerintah Banten mengusut sindikat pencurian pasir tersebut.
Warga di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan pun mengaku resah dengan lalu lintas kapal-kapal pembawa pasir di sekitar pulau tersebut.
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...