Berani Karena Logika Sederhana
Sang Ayah tak mungkin mencelakakan dirinya.
SATU HARAPAN.COM – Andini Prameswari Gunawan baru genap 3 tahun. Dia bukanlah anak yang kuat dan pemberani. Bukan pula anak yang menyukai tantangan (adventure).
Namun, hal yang tidak biasa adalah jika bersama Sang Ayah, dia tidak takut pada apa pun. Pada usia setahun, dia sudah berani menceburkan diri ke kolam renang dewasa karena sang ayah menyuruhnya demikian. Tiga minggu lalu tanpa ragu dia melompat ke kolam renang sedalam 2,5 meter. Kemarin dia ikut Sang Ayah meluncur di perosotan paling tinggi di Waterboom PIK. Sementara kakak-kakaknya tidak ada yang berani dan memang tidak ada anak kecil yang menikmati wahana itu. Tahun lalu dia memberi buah-buahan dan sayuran langsung ke tangan beberapa ekor lemur yang berkeliaran bebas di Taman Safari. Orang-orang takut hewan setinggi Andin tersebut akan menerkamnya. Namun, karena diyakinkan Sang Ayah akan melindunginya, dia menjadi berani.
Andin mau dan berani melakukan semua itu hanya karena bersama Sang Ayah. Sang Ayah sempat berpikir anaknya ini kurang mempunyai logika. Dan ini tidak baik. Jika seorang anak kurang memiliki logika, maka di masa depan dia cenderung menjadi anak yang hanya bermodal nekat tanpa memikirkan risiko. Akhirnya, Sang Ayah pun sadar bahwa anaknya justru memiliki logika yang kuat dan sederhana.
Andin sangat memercayai ayahnya. Logika Andin sederhana: Sang Ayah tidak mungkin mencelakakan dirinya. Sekalipun tidak sengaja mengalami celaka karena Sang Ayah, itupun masih terukur risikonya. Selama bersama Andin, Sang Ayah membangun kepercayaan dengan sebaik-baiknya. Ayahnya tidak pernah ingkar janji, berusaha tidak mengecewakan, jika (tidak sengaja) melakukan kesalahan langsung minta maaf dan memperbaiki keadaan, mengusahakan segala sesuatu untuk keselamatan dan kesenangan Andin. Kebanyakan orang tua sangat mahir menjaga keselamatan anaknya, namun tidak menyenangkan bagi Sang Anak. Karena itu, saat Sang Anak mau melakukan apa pun yang sedikit berisiko dan menyenangkan, pasti langsung dilarang.
Kebanyakan orang dewasa tidak seberani Andin. Meskipun yakin Tuhan menghendakinya, dan merasa Tuhan menyertai, belum tentu mereka berani dan melakukan apa kehendak Tuhan. Apakah Dia pernah mengecewakan? Apakah Dia pernah ingkar janji? Apakah Dia pernah mencelakakan? Apakah Dia mendukakan? Kalau jawabannya tidak, mengapa kita tidak berani melakukan kehendak-Nya? Agaknya, pikiran kebanyakan orang dewasa, termasuk saja, sudah dipenuhi dengan perhitungan manusia. Tidak ada kepasrahan dan kepercayaan. Yang ada hanyalah selalu menghitung risikonya. Padahal, sebelum naik ke surga, Yesus berjanji: ”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).
Tuhan sudah bangkit dan naik ke surga. Dia telah membuktikan ucapan-Nya kepada para murid-Nya. Apalagi yang kita butuhkan untuk tidak mengikuti-Nya? Jika Andin bisa begitu sangat percaya kepada Sang Ayah, bagaimana dengan kita? Selamat hari Minggu!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...