Berbagi Kehidupan
SATUHARAPAN.COM – Saya akan selalu mensyukuri hari itu dan keberanian saya menikahi seorang perempuan yang, selama 24 tahun kemudian, menemani perjalanan hidup saya. Dalam undangan pernikahan kami, saya membuat catatan kecil begini: “Hari ini kami mulai tidak hanya berbagi cinta, tetapi kehidupan....”
Berbagi kehidupan adalah persoalan paling sulit, justru dalam menjalani kehidupan ini sendiri. Bukankah kita lebih sering berpikir bahwa yang penting aku hidup, dan kalau perlu—untuk mempertahankan itu—harus menyingkirkan yang lain? Bukankah hidup berarti the struggle of the fittest? Istilah itu, the fittest, sudah menegaskan bahwa hanya ada satu yang berhak memperoleh gelar itu. Yang lain, mohon maaf, harap menyingkir....
Tetapi, kita mulai belajar bahwa kehidupan justru dapat dirawat dan dikembangkan dengan lebih baik jika kita mau saling berbagi. Impian tentang the fittest hanyalah ilusi yang diciptakan dunia modern, ilusi tentang “kemajuan tanpa batas”. Sejak 1970-an, walau dengan pahit, kita harus mengakui memang ada the limits of growth, memakai judul buku terkenal dari Klub Roma. Pertumbuhan selalu mengenal batas. Tidak ada kemajuan tanpa batas. Itu hanyalah selubung bagi “nafsu tanpa batas”.
Selama 24 tahun saya belajar untuk tidak hanya berbagi cinta, tetapi juga kehidupan, dengan Evelyn, isteri saya. Dan sudah klise jika dikatakan bahwa kehidupan rumah tangga kami naik-turun. Ada saat-saat tertawa penuh gembira, tetapi ada saat-saat menangis penuh kesedihan. Perbedaaan antara kami sungguh banyak, mulai dari usia sampai karier. Dan kami harus saling belajar untuk terus menerus menyesuaikan diri.
Apalagi sejak 1991 kami memperoleh kejutan lain: hadirnya Gabriel Ekaputra. Kadang saya teringat pada Kafka. “Memiliki dan mendidik anak dalam dunia sekarang,” katanya suatu kali, “adalah pekerjaan paling mustahil.” Dia benar. Tetapi kurang lengkap. Seharusnya ditambahkan begini: “pekerjaan paling mustahil yang paling menyenangkan....” Sebab, dengan kehadiran seorang anak, kehidupan yang harus dibagikan semakin meluas.
Berbagi kehidupan selama 24 tahun bersama Evelyn (dan 22 tahun bersama Gabriel juga!) adalah petualangan terbesar yang pernah saya lakukan. Dan saya akan terus menerus bersyukur bahwa 24 tahun lalu saya mempunyai sedikit keberanian untuk bertanya padanya: "Will you marry me?"
editor: ymindrasmoro
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...