Berbuat Baik Itu Pilihan
SATUHARAPAN.COM – Pagi itu saya begitu panik mencari ATM yang saya gunakan semalam. Saya keluarkan semua benda di dalam dompet. Kertas slip dan uang yang saya ambil ada, tetapi kartu ATM-nya tidak ada. Semalam saya bersama suami ke ATM untuk mengambil sejumlah uang. Namun, karena ada batas penarikan maka saya melakukan penarikan dua kali. Saya tidak sadar bahwa saya hanya mengambil kertas slip dan uangnya.
Kemudian seorang laki-laki masuk. Saya masih menunggu di luar karena suami saya juga akan melakukan transfer. Kami menunggu di luar tanpa curiga kepada laki-laki di dalam dengan ATM saya yang masih di dalam mesin. Ia pun keluar dan suami saya masuk untuk transfer. Sampai esok harinya saya baru menyadari bahwa ATM saya tidak ada.
Saya lemas dan bingung. Ia bisa leluasa menarik uang dari ATM saya. Mengapa saya bisa teledor, tidak mengecek dulu kartu ATM saya? Mengapa orang itu diam saja, tidak mengembalikan ATM saya, padahal dia tahu saya masih menunggu di luar? Mengapa ia tidak berbuat baik, malah menyimpan kartu ATM saya? Berbagai pertanyaan muncul dalam benak saya.
Pagi itu juga ATM saya blokir. Dari selisih saldo yang tertera di slip saat saya mengambil uang dengan saldo saat pemblokiran, saya ketahui orang itu menarik Rp. 50.000,-. Saya menduga mungkin dia hanya mencoba-coba. Namun, karena saya sudah bertransaksi dua kali dan dia sekali—sehingga sudah tiga kali—maka diperlukan pin untuk melakukan transaksi lagi.
Entah apa pun motifnya, dia mengambil yang bukan miliknya. Kita tahu Allah mengajarkan kita untuk berbuat baik. Namun, berbuat baik bukanlah kodrat manusia berdosa. Berbuat baik itu pilihan. Dan manusia harus memilih.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...