Tertegur Mimpi Santo Hieronimus
SATU HARAPAN.COM – Awal musim semi tahun 374, Santo Hieronimus gelisah dalam tidurnya. Dalam mimpinya, ia melihat dirinya di hadapan pengadilan Tahta Mahatinggi. ”Engkau nyaris tidak dapat meletakkan karya klasik untuk berdoa…!” Sang Hakim menuding Sang Santo Muda yang gemetar itu. Bersama Sang Santa Muda, hati saya pun turut gemetar.
Seperti Sang Bapak Gereja yang terpesona karya klasik, karya kontemporer telah begitu menarik hati saya. Tak ada hal lain yang lebih menyenangkan daripada saat yang tenang bersama buku-buku saya. Dan ya... karena hal itu, saya acap kali memotong waktu doa dan pembacaan Kitab Suci menjadi super singkat, atau melewatkannya sekalian.
Kalau dipikir lagi… sesungguhnya bukan hanya buku-buku saja yang telah menyita perhatian saya. Saya bisa menjadi begitu terlena ketika menulis, bekerja, berolahraga, jalan-jalan, nonton TV, browsing internet, berdiskusi dengan teman, berorganisasi, dan melakukan pelayanan masyarakat.
Akhirnya dengan malu saya mengaku, sesungguhnya ini bukan mengenai buku-buku yang menarik atau kurang menarik, kegiatan yang penting atau kurang penting, melainkan mengenai diri saya atau Tuhan. Dalam hidup hanya ada dua prioritas. Sesederhana itu. Lalu, apa hak ciptaan ini untuk memprioritaskan diri? Bukankah saya dicipta untuk memenuhi kehendak Sang Maha Pencipta?
Tetapi, apa kehendak Sang Pencipta bagi saya? Bagaimana saya akan melakukan kehendak itu? Sungguh. Saya tidak yakin. Saya telah lalai mencari tahu isi hati-Nya yang tersurat gamblang dalam Kitab Suci dan keinginan-Nya dalam doa.
Bersama teriakan penyesalan Sang Bapak Suci, dengan hati yang hancur saya pun berbisik, ”Ya Penguasa Agung… kasihanilah saya!”
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...