Berhikmat dan Bermartabat dalam Kepemimpinan Transformatif
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) menyelenggarakan seminar bertajuk "Kepemimpinan Transformatif Untuk Melayani Negeri" hari Sabtu, 5 Januari 2019, bertempat di Aula Katedral, Jakarta.
Kurang lebih 350 orang perwakilan dari paroki di Keuskupan Agung Jakarta menghadiri acara tersebut, dalam rangka mengamalkan Pancasila "Sila ke-4 Pancasila: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” di dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan juga menggereja.
Siang itu para peserta terlebih dulu meregistrasi ulang, mereka diberi tanda pengenal berupa stiker logo Tahun Berhikmat juga panduan "Doa Tahun Berhikmat 2019”. Peserta juga disediakan hidangan makan siang bersama sebelum acara seminar dimulai.
Para peserta yang hadir didominasi dari kalangan Dewan Pengurus Harian Paroki Se-KAJ dengan mengirimkan lima orang perwakilan setiap paroki. Paroki yang tergabung dalam Keuskupan Agung Jakarta saat ini kurang lebih mencapai 63 paroki, belum termasuk stasi.
Dalam sambutan pengantar seminar, Romo Yustinus Ardianto Pr, yang akrab dipanggil Romo Yus, selaku moderator memberikan presentasi singkat tentang dipilihnya tema Tahun Berhikmat pada 2019, khususnya mengenai kepemimpinan yang transformatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah tengah perubahan zaman.
Romo Yus, Direktur Pusat Pastoral KAJ-Samadi itu mengatakan, pemilihan tema tersebut juga tidak terlepas untuk memberi semangat kepada umat katolik dalam berdemokrasi yang sehat, berhikmat, dan bermartabat di tahun politik, Pemilu 2019.
Para narasumber yang hadir di antaranya Prof. Dr. Rhenald Kasali memaparkan tema “Kepemimpinan di Tengah Zaman yang sedang Berubah”, Romo Magnis Suseno SJ menyajikan tema “Prinsip-prinsip Etis Pemimpin Publik: Kajian Sosial Politik” dan Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo menyampaikan tentang “Kepemimpinan dan Pelayanan dalam Gereja”
Prof. Dr. Rhenald Kasali mengatakan "pemimpin yang baik itu, pemimpin yang mampu beragam, menjaga relevansi dengan segala perubahan di zaman ini".
Demikian juga dilengkapi oleh Romo Magnis Suseno, yang menegaskan kepemimpinan itu komunikatif, kepemimpinan itu partisipatif dan kepemimpinan itu berbagi tanggung jawab dan gereja semestinya menjadi Kerajaan Allah di tengah keberagaman serta turut menyukseskan demokrasi nasional.
Sementara itu, Uskup Suharyo menyampaikan bahwa kepemimpinan yang baik selalu mempunyai pengalaman rohani yang mendasar dan berbuah dalam transformasi kehidupan riil, baik dalam bermasyarakat maupun kehidupan menggereja, karena gereja merupakan persekutuan yang menjaga keberagaman dan tidak ketinggalan zaman.
Para pembicara memberikan peneguhan untuk umat katolik dan mengajak untuk menjadi pribadi yang berhikmat, bersikap bijaksana dan teguh menjaga toleransi dalam menanggapi segala isu SARA serta hiruk pikuk politik mendekati Pesta Demokrasi 2019.
"Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa kita…" syair lagu nasional tersebut dinyanyikan oleh Jamaica Café Acapella Songs dalam nuansa empat suara (sopran, alto, tenor, bass) dengan musik beatbox pada kesempatan acara seminar sore itu. Enam personel acapella itu menyampaikan bahwa Pancasila itu juga Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu dalam persatuan.
Rangkaian seminar tersebut sebagai penanda awal sekaligus pembukaan Tahun Berhikmat 2019 dengan semboyan utama “Amalkan Pancasila: Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat”. Setelah seminar kemudian dilanjutkan dengan Misa Pembukaan Tahun Berhikmat 2019 dipimpin Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo sebagai selebran utama. Seluruh kegiatan seminar dan misa hari itu disiarkan langsung melalui jaringan live streaming www.hidup.tv. (Monica Agusta Catharina da Gomez – Bekasi)
Editor : Melki Pangaribuan
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...