Bermain Petak Umpet dengan Tuhan
Sungguh mengasyikkan... ada rasa bingung bagi yang mencari... tetapi juga ada rasa khawatir bagi yang sembunyi... ada rasa sukacita bagi yang menemukan dan rasa kecewa bagi yang ditemukan.
SATUHARAPAN.COM – Ingatanku melayang pada salah satu peristiwa masa kecil. Ketika itu kami bermain petak umpet—aku, dua adikku, dan dua kawan di halaman rumah, sebelah gereja tua. Ketika harus bersembunyi, kami akan mencari tempat paling aman, dan paling sulit dijangkau kawan yang sedang bertugas mencari… karena siapa yang paling cepat ketahuan akan menggantikan teman yang bertugas mencari.
Sungguh mengasyikkan... ada rasa bingung bagi yang mencari... tetapi juga ada rasa khawatir bagi yang sembunyi... ada rasa sukacita bagi yang menemukan dan rasa kecewa bagi yang ditemukan. Rasanya campur aduk.
Sekarang ini, tak mungkin bagi kami mengulanginya. Namun, perasaan campur aduk itu tak pernah kami lupakan. Rasa itu kami bawa hingga kini. Reaksi kami memang tak lagi seperti masa kecil dahulu—teriakan kegirangan kami sudah tertutup topeng kediaman, namun rasa itu masih ada, dan senantiasa ingin kucari….
Aku ingat adanya rasa penasaran ketika teman-teman bersembunyi, di mana mereka, kapan mereka kutemukan, dan siapa yang pertama kali ditemukan karena dia akan menggantikanku berjaga serta mencari. Ada rasa kaget ketika tiba-tiba ada yang berlari mendahuluiku untuk menyentuh pos jaga yang berarti aku harus mengulang berjaga lagi, ada sukacita tak terkira saat menemukan satu per satu dari antara mereka, dan yang ketahuan pun akan cemberut.
Hidupku hingga kini juga masih seperti itu.
Aku sepertinya sedang bermain petak umpet dengan Tuhan. Entah siapa yang berjaga dan siapa yang sembunyi. Yang pasti, Dia—yang tak pernah kulihat dengan mataku—mengetahui setiap gerakku. Kadang aku penasaran setengah mati dengan kehendak-Nya yang tak kutahu.
Bermain petak umpet dengan Tuhan itu mengasyikkan. Biar sampai saat ini aku tak tahu di mana posisi sembunyi-Nya, biar aku diolok-olok dengan suara yang mengacaukan, biar aku dibingungkan dengan gerak bayang pepohonan itu, biar semua itu terjadi. Yang kuharapkan terjadi lagi adalah aku merasakan bagaimana berteriak kaget puas dan sukacita ketika aku menemukan-Nya, menemukan rencana-Nya dalam hidupku.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...