BI: Tanpa Pengampunan Pajak Ekonomi Tumbuh 5,04 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia menyatakan ekonomi domestik tanpa stimulus dari pengampunan pajak hanya akan tumbuh 5,04 persen pada 2016 lebih rendah dibandingkan target pemerintah dalam APBN-Perubahan 2016 sebesar 5,2 persen.
Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Kamis, jika pengampunan pajak efektif diberlakukan, maka akan signifikan mengerek naik laju pertumbuhan ekonomi, bahkan pada 2017 pertumbuhan ekonomi dapat terangkat ke 5,7 persen.
"Itu perhitungan kami sesuai `baseline` (skenario mendasar)," katanya.
Meskipun demikian, Agus masih enggan mengungkapkan "outlook" pertumbuhan ekonomi pada tahun ini jika pengampunan pajak efektif diberlakukan. Dia memasang proyeksi moderat pertumbuhan ekonomi 2016 di 5 persen-5,4 persen.
Bank sentral sebelumnya memperkirakan dana repatriasi dari pengampunan pajak akan masuk sebesar Rp560 triliun.
Sedangkan pemerintah memperkirakan aset repatriasi yang masuk mencapai Rp1000 triliun dengan aset yang dideklarasikan Rp4.000 triliun.
Namun, setelah disahkan oleh Presiden Joko Widodo, implementasi pengampunan pajak tidak berjalan mulus. Sejumlah kelompok masyarakat sudah mengajukan gugatan peninjauan kembali UU Pengampunan Pajak ke Mahakamah Konstitusi.
Dewan Perwakilan Rakyat meminta pemerintah menyiapkan tim khusus untuk mengawal jalannya peradilan peninjauan kembali di MK.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini, Agus memandang pada paruh kedua tahun ini akan membaik. Pemicunya adalah percepatan belanja pemerintah dan juga semakin derasnya aliran investasi, dan dana asing yang masuk.
Hingga pekan kedua Juli 2016, kata Agus, dana masuk (capital inflow) ke Indonesia mencapai Rp108 triliun. Jumlah itu sudah lebih tinggi dibandingkan realisasi sepanjang 2015 yang sebesar Rp55 triliun.
Menurut Agus, melonjaknya dana asing itu karena tingginya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Ketahanan ekonomi Indonesia, lanjut dia, teruji dengan tertahannya dampak dari refrendum rakyat Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Selain itu, kondisi internal perekonomian juga menandakan fundamental ekonomi domestik semakin kuat, ditandai dengan perbaikan defisit transaksi berjalan dan inflasi yang terkendali.
"Defisit transaksi berjalan telah menyempit menjadi 2,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di triwulan I 2016, atau lebih rendah dibanding 2,4 persen dari PDB pada kuartal IV 2015," ujar dia.
Laju inflasi juga terkendali hingga Lebaran 1437 Hijriah. Padahal, Ramdaan pada Juni 2016 dan Lebaran 6 Juli 2016 merupakan momentum konsumsi tinggi, yang diprediksi menjadi puncak laju inflasi.
"Juni 2016, inflasi 0,66 persen dan secara tahunan sebesar 3,45 persen. Ini menunjukkan inflasi hingga akhir tahun sesuai arah di 4 persen plus minus 1 persen," kata dia. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...