Biarawati Ceritakan Ketakutan Warga Saat Alami Gempa Italia
NORCIA, SATUHARAPAN.COM – Seorang biarawati, Suster Caterina, menceritakan sedang berdoa dengan delapan biarawati dari ordo Benediktin-nya di Norcia, Italia, saat biara dan lantai di tempat yang mereka pijak mengguncang dan melemparkan mereka. Langit-langit retak dan hancur. Lemari pun roboh ke tanah.
Seperti dia kemukakan di Catholic Herald Online, pada hari Selasa (1/11), setelah gempa terjadi, seketika banyak orang berteriak dalam ketakutan.
Suster Caterina melangkah ke pintu, melihat sekilas gempa yang terjadi Minggu (30/10) tersebut. “Asap, dan banyak orang berteriak ketakutan. Jika saya menutup mata, saya tidak bisa menolong orang lain,” kata dia.
Saat biarawati berusia 72 tahun tersebut melihat sesama saudara perempuannya terluka, namun ruang doa masih berdiri tegak, ia memimpin para suster kembali berdoa dan meminta Tuhan menyelamatkan nyawa mereka.
Doa-doa mereka tampaknya terkabul. Tidak ada laporan tentang kematian dari gempa yang melanda Norcia dan daerah sekitarnya, atau gempa ketiga yang mengguncang wilayah pegunungan sekitar 100 kilometer timur laut Roma sejak Agustus 2016 itu.
Gempa terbaru – berkekuatan 6,6 skala richter, atau gempa terkuat yang menghantam Italia dalam 36 tahun – tidak menyebabkan korban meninggal dunia atau luka serius, karena bagian yang paling rentan dari kota tersebut telah ditutup agar tidak bernasib seperti gempa sebelumnya yang terjadi beberapa bulan lalu.
Ia juga menambahkan, gempa itu membuat mereka kesulitan menjalankan ibadah. Rekaman sejarah menyebutkan basilika yang berdiri sejak tahun 1200 tersebut berdiri di atas reruntuhan bangunan Romawi pada abad pertama, dan telah berulang kali selama berabad-abad mengalami perombakan termasuk penambahan menara di bagian lonceng abad ke-14.
“Melihat runtuhnya basilika benar-benar sedih, seolah saya harus mengakhiri cerita berakhir di sini. Sekarang bagaimana kita mulai beribadah lagi?” kata Suster Caterina.
Setelah berdoa selama 30 sampai 45 menit, polisi tiba di biara untuk membawa para suster ke tempat yang aman, bersama dengan delapan suster biara lain yang hampir tidak ada kontak dengan dunia luar.
Suster Caterina kembali ke biara hanya sekali, dia mendapati telepon genggamnya berdering, ada yang berusaha menelepon dia karena mengkhawatirkan kondisinya.
Suster Caterina lahir di Norcia dan berpengalaman melalui gempa bumi pada 1970-an dan 1990-an. “Tapi ini adalah gempa yang terburuk yang pernah terjadi,” kata dia.
Dia mengatakan gempa yang terjadi hari Minggu (30/10) merupakan kelanjutan dari gempa yang terjadi awal bulan Agustus yang menewaskan 300 jiwa, dan ada lebih banyak tremor pekan lalu, yang menyebabkan banyak orang kehilangan harapan.
Dalam beberapa hari mendatang, seluruh biarawati akan tinggal di biara Santa Lucia di Trevi Benedictine dengan sembilan suster yang saat ini sudah menempati tempat tersebut. Di tempat baru itu mereka akan menemukan ruang untuk mempertahankan tradisi doa mereka, bekerja, dan tidur di bagian yang sama.
Para pejabat perlindungan sipil mengatakan jumlah orang yang membutuhkan perumahan mengalami peningkatan hingga mencapai 15.000. Jumlah tersebut tidak termasuk 2.000 orang yang masih dipindahkan dari gempa yang terjadi Agustus. (catholicherald.co.uk)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...