Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:35 WIB | Selasa, 20 September 2016

Bima: Survei Waze Momentum Percepat Reformasi Transportasi

Bima: Survei Waze Momentum Percepat Reformasi Transportasi
Ilustrasi kendaraan yang padat di kota Bogor. (Foto; jabar.pojoksatu.id)
Bima: Survei Waze Momentum Percepat Reformasi Transportasi

BOGOR, SATUHARAPAN.COM - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, menanggapi survei aplikasi panduan berlalu lintas Waze sebagai momentum untuk melakukan percepatan reformasi transportasi.

Waze dikutip dari dailysocial.id, adalah aplikasi yang memberikan informasi kondisi lalu lintas secara terkini dengan sistem berbasis lokasi. Ketika mengaktifkan Waze, pengguna dapat memantau daerah mana saja yang sedang terjadi kepadatan lalu lintas dengan tampilan map digital yang cukup mudah. Dengan demikian, maka pengguna dapat mencari jalur alternatif lain, sehingga kejadian terjebak di tengah kemacetan dapat dihindari.

"Kita akui, Bogor tambah macet iya, tetapi banyak timbul pertanyaan tentang survei ini, kapan dilakukan, di mana, dan apa indikatornya," kata Bima di Bogor, Selasa (20/9), seperti dikutip dari Antara.

Bima mengatakan, hasil survei Waze menjadi cambuk bagi pemerintahannya untuk bekerja lebih keras, menata transportasi di kota tersebut, dan melakukan percepatan reformasi transportasi.

"Konsep penataan sudah ada, tahapan juga sudah disiapkan, fokus eksekusi dan akselerasi. Bogor macet, iya. Tidak bisa dipungkiri, tetapi nomor dua di dunia ini jadi tanda tanya," katanya.

Ia mengatakan, pertumbuhan kendaraan di Kota Bogor rata-rata 13 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan jalan kurang dari satu persen per tahun. Setiap tahun ada 800 motor baru dan 200 mobil baru.

"Setiap minggu Bogor dikunjungi 300.000 orang, Kebun Raya Bogor tempat favorit yang setiap hari dikunjungi 1.000 orang, dan akhir pekan bisa mencapai 3.000 orang. Tidak ada tempat parkir di kebun raya," katanya.

Saat ini, katanya, walau dijuluki kota sejuta angkot, tercatat jumlah angkot di Kota Bogor sebanyak 3.412 unit. Angkot tersebut terkonsentrasi di pusat kota, sehingga kepadatan menjadi terpusat.

Menurut Bima, saat ini Pemerintah Kota Bogor sudah memulai tahapan melakukan konversi angkot menjadi bus, dengan skema tiga angkot menjadi satu. Tahapan ini menunggu angkot berbadan hukum, sehingga setelah memiliki badan hukum, pemilik angkot dapat mengelola sendiri bus-bus yang dimilikinya sebagai transportasi di pusat kota.

"Angkot kita rancang sebagai feeder di pinggir kota yang selama ini belum terlayani angkutan umum. Bus kita rancang sebagai transportasi utama di jalan-jalan protokol," katanya.

Terlepas dari itu, kata Bima, upaya yang sedang dilakukan Pemkot Bogor dalam reformasi transportasi adalah menegakan kedisiplinan, seperti persoalan angkot yang berhenti sembarangan, mengambil dan menurunkan penumpang sembarangan, parkir sembarangan.

"Untuk menegakan kedisplinan itu, kita mulai dari jajaran Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan  (DLLAJ), akan ada perombakan total di DLLAJ, hari ini dilantik sejumlah pejabat baru yang mau turun ke lapangan dan bertindak tegas," kata Bima.

Survei Lalu lintas Aplikasi Waze

Survei yang dilakukan oleh Waze, aplikasi navigasi dan lalu lintas dikutip dari harian kompas, yang dirilis tanggal 13 September 2016 ini, menempatkan kota Bogor dan Cebu berada di peringkat ke-185 dan 186 dari total 186 kota di 38 negara. Sementara untuk peringkat pertama hingga tiga teratas kepuasan berkendara terbaik seluruhnya ditempati oleh kota-kota di Prancis: Valence, Tours, dan Lemans.

Aplikasi ini, hanya terfokus di negara dan kota metropolitan dengan jumlah pengguna aktif mencapai 20.000 per bulan. Penilaian ini melibatkan seluruh pengguna dari 38 negara dan 235 kota metropolitan.

Indonesia sendiri memberi sumbangan paling besar untuk perwakilan kota dengan tingkat kepuasan terburuk dalam berkendara, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Denpasar, yang semuanya mendapat nilai merah dengan rata-rata tingkat kepuasan yang tidak melebihi angka 4. Indonesia pun juga masuk ke dalam peringkat yang terburuk setelah El Salvador, Filipina, Guatemala, dan Panama.

Indeks kepuasan berkendara yang dirilis Waze ini dilakukan secara tahunan dengan mencantumkan enam indikator, di antaranya kepadatan dan keparahan lalu lintas, keselamatan perjalanan, kualitas dan infrastruktur jalan, kemudahan akses ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) dan parkir, analisis dampak sosial ekonomi, dan perasaan pengguna Waze.

Dari enam indikator itu, Bogor mencatatkan indeks kemacetan sebesar 3,2, kualitas jalan 2,6, dan ekonomi sosial sebesar 1,1. Selain enam indikator tersebut, Waze juga menyebutkan penyebab lain buruknya lalu lintas di daerah tersebut adalah karena gagalnya pemerintah setempat dalam pengelolaan lalu lintas.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home