Binahong, Penyembuh Luka
SATUHARAPAN.COM – Binahong menurut Wikipedia adalah tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, dan mempunyai banyak khasiat dalam meyembuhkan berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Tanaman ini sudah lama ada di Indonesia, tetapi baru akhir-akhir ini saja menjadi alternatif bagi sebagian orang untuk dijadikan obat alami untuk menyembuhkan atau mengurangi beberapa penyakit ringan maupun berat.
Tanaman yang berasal dari Korea ini dikomsumsi orang-orang Vietnam pada saat perang melawan Amerika Serikat pada tahun 1950 sampai 1970-an. Tanaman ini dikenal juga di kalangan masyarakat Tiongkok dengan nama dheng san chi dan telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan, dan lain-lain. Bagian daun dari tanaman inilah yang biasanya dijadikan sebagai obat alami selain dari batang dan umbinya.
Binahong merupakan jenis tanaman menjalar. Akarnya berbentuk rimpang. Binahong berbatang lunak, saling membelit, dan daun berwarna hijau muda.
Di Indonesia, binahong sering ditanam sebagai tanaman hias, yang dibiarkan menjalar di gapura, menaungi jalan taman.
Menurut hasil penelitian dari UGM, seperti dikutip dari litbang pertanian.go.id, pada daun binahong terdapat senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin.
Tanaman ini, yang dikenal pula dengan sebutan Madeira Vine dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus. Tim peneliti dari Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, meneliti potensi binahong, sebagai antioksidan dan pencegah kanker.
Tim peneliti dari Universitas Gorontalo, meneliti kajian senyawa antioksidan dan antiinflamasi tumbuhan binahong. Hasilnya, menunjukkan flavonoid tanaman obat yang berpotensi sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Daun binahong juga memiliki kandungan antibakterial dan sitotoksik, serta mengandung asam oleanolik yang memiliki khasiat sebagai antiinflamasi dan untuk mengurangi rasa nyeri pada luka bakar.
Sesty Rachmawati, dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, dalam studi makroskopi dan skrinning fitokimia daun binahong, menunjukkan flavonoid dalam daun binahong bersifat antioksidan dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase, sehingga dapat menghambat pembentukan asam urat, serta asam oleanolik yang merupakan senyawa triterpenoid memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.
Morfologi Tanaman Binahong
Binahong seperti dikutip dari perpustakaan.pom.go.id, adalah tumbuhan menjalar, berumur panjang, bisa mencapai panjang lebih dari 6 m. Batangnya lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, dengan bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar.
Daunnya tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk jantung. Helaian daunnya tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan.
Bunganya majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun. Mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum.
Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Akar tanaman binahong mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan berwarna cokelat kotor. Tanaman binahong memiliki rhizoma. Batangnya lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar.
Bagian daun dari binahong ini yang biasanya dijadikan sebagai obat alami selain dari batang dan umbinya.
Binahong dikutip dari upi.edu, memiliki nama ilmiah Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, dan dalam bahasa Inggris disebut heartleaf madeira vine atau madeira vine, dan di Negeri Tiongkok disebut san chi atau teng san chi. Tanaman ini memiliki nama daerah binahong, gondola (Sunda), gondola (Bali), lembayung (Minangkabau), uci-uci (Jawa), kandula (Madura), tatabuwe (Sulut).
Khasiat Herbal Binahong
Tanaman binahong dikutip dari uad.ac.id, adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati banyak penyakit, di antaranya untuk pengobatan luka bakar, penyakit tifus, radang usus, sariawan, keputihan, pembengkakan hati, pembengkakan jantung, meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh.
Ir Feri Manoi dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, dalam karya ilmiahnya “Binahong sebagai Obat”, dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 No 1, Pusat Penelitian dan Perkembangan Perkebunan, Yogyakarta, tahun 2010, menyebutkan penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah kerusakan ginjal, diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke, wasir, rematik, pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahirkan, menyembuhkan segala luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas, sariawan berat, pusing-pusing, sakit perut, menurunkan panas tinggi, menyuburkan kandungan, maag, asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas, dan daya tahan tubuh.
Penelitian yang dilakukan Mufid Khunaifi dari Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang telah menguji aktivitivas antibakteri ekstrak daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong ditemukan senyawa polifenol, alkaloid dan flavonoid, juga berfungsi sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Sedangkan tim peneliti Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, meneliti kandungan dan manfaat daun binahong terhadap bakteri Candida albicans. Hasilnya menunjukkan ekstrak etanol daun binahong mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida albicans.
Tim peneliti dari Departemen Farmasi Institut Teknologi Bandung meneliti khasiat ekstrak etanol daun binahong terhadap peningkatan gagal ginjal pada tikus. Hasilnya menunjukkan perbaikan dalam sel ginjal setelah pemberian ekstrak daun binahong.
Tim peneliti Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stifarm) Padang, meneliti pengaruh ekstrak etanol daun binahong terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus putih jantan wistar. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pemberian ekstrak daun binahong dengan dosis 30 mg/kg BB, 100 mg/kg, dan 300 mg/kg BB, dapat menurunkan kadar asam urat darah pada mencit putih jantan hiperurisemia (P< 0,05). Dosis 300 mg/kg BB menunjukkan efek penurunan asam urat hampir sama dengan allopurinol dosis 13 mg/kg BB.
Masyarakat juga mempercayai dan telah membuktikan bahwa daun binahong dapat digunakan sebagai obat diabetes, sehingga penggunaan daun binahong sebagai obat diabetes sudah menjadi tradisi. Hal ini menjadi dasar tim peneliti Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, meneliti aktivitas daun binahong pada penyembuhan luka dan anti bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dari pasien luka kaki diabetes. Hasil penelitiannya menunjukkan ekstrak binahong mempunyai aktivitas sebagai bakteriostatik dan bakterisi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dari pasien luka kaki diabetes.
Tim mahasiswa prodi pendidikan IPA Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, yaitu Endah Dani Puspitaningrum, Amri Handayani, Alvani Nuzul Marfu’ah, dan Ari Nurlitawati, membuat inovasi produk olahan daun binahong dalam bentuk puding dengan nama Deralia’s Pudding. Daun binahong yang mengandung sejumlah serat pangan potensial total dietary fiber sebesar 82.59 persen, diolah menjadi puding yang dapat dikonsumsi untuk pasien diabetes, agar kadar gula darah terjaga. Nama Deralia’s Pudding diambil dari singkatan nama ilmiah tanaman binahong yakni Anredera cordifolia yang mempunyai tiga varian rasa yaitu orisinal, melon, dan pandan.
Editor : Sotyati
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...