Puring, Tanaman Hias Daun Berkhasiat Obat
SATUHARAPAN.COM – Sebagian orang mengidentikkan puring dengan tanaman kuburan. Namun, bentuk dan warna daunnya yang bervariasi ternyata mampu mengantarnya menjadi tanaman hias populer di pekarangan, bahkan menjadi salah satu objek buruan kolektor tanaman.
Beragam kultivar dikembangkan dengan variasi warna dari hijau, kuning, jingga, merah, ungu, serta campurannya. Bentuk daun pun bermacam-macam, mulai dari memanjang, oval, tepi bergelombang, keriting, dan sebagainya. Puring termasuk tumbuhan asal Kepulauan Nusantara, yang tumbuh tersebar di seluruh daerah tropika dan subtropika, bahkan menjadi salah satu simbol turisme.
Monika Andreastuti Kusumaningrum, Aziz Purwantoro, Rudi Hari Murti, dalam penelitian berjudul “Keragaman Molekuler Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph. Ex A.Juss) dengan Penanda RAPD” yang dimuat dalam journal. ugm.ac.id, menyebutkan tanaman puring adalah tanaman hias yang memiliki nilai jual tinggi. Tanaman puring juga memiliki manfaat sebagai tanaman berkhasiat obat, bahkan dapat menyerap unsur timah hitam yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor (2,05 mg/lt).
Sejak puluhan tahun silam tanaman puring digunakan sebagai obat traditional di daerah Pasifik Selatan (kepulauan Fiji, Hawaii, dan Papua Nugini), seperti dapat dibaca di buku World Health Organization – Western Pacific Region, Medicinal Plants in Papua New Guinea (app.who.int). Puring juga sejak lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional di beberapa daerah di Bangladesh. Puring dimanfaatkan untuk mengatasi demam, flu, penyakit kulit, diare, yang disebabkan oleh entamoeba histolyca, hingga penyakit menular seksual (gonore dan sifilis).
Situs Useful Tropical Plants, tropical.theferns.info, menyebutkan daun puring memiliki khasiat aborsi, antiamoeba, antibakteri, antikanker, antijamur, antioksidan, memperlancar menstruasi, pencahar, dan sedatif.
Rebusan daunnya digunakan dalam pengobatan diare. Jus daunnya digunakan untuk merangsang aliran menstruasi. Getah daunnya untuk mengobati gigitan ular. Getah daunnya, dicampur dengan santan, digunakan dalam pengobatan sifilis. Daun muda, dicampur dengan Pandanus macroieacceretia, santan dan getah akar Areca catechu, digunakan dalam pengobatan gonore.
Cairan hijau dari rebusan daun digunakan sebagai obat demam. Getah dari daun atau kulit kayu digunakan untuk mengobati luka dan infeksi jamur.
Rebusan akar digunakan dalam pengobatan lambung. Akarnya, dicampur dengan buah pinang (Areca catechu) dimanfaatkan sebagai obat sakit perut dan obat sementara sakit gigi.
Penelitian telah menunjukkan daun dan tunas puring kaya akan alkaloid, cardiac glycoside, saponin, tanin, cardenolides, flavonoid, steroid, dan phyllates.
Skrining fitokimia dari enam kultivar menunjukkan konstituen bioaktif yang termasuk alkaloid, antrakuinon, flavonoid, terpen, steroid, fenol, saponin, tanin, phlobatannin, dan cardenolide, yang menunjukkan khasiat sebagai antibakteri, antiamoeba, dan antijamur.
Dalam sebuah studi, dari 55 tanaman obat tradisional di Kamerun, hanya ekstrak daun spesies ini yang menunjukkan aktivitas antiamoeba yang lebih jelas daripada pengobatan konvensional metronidazole, yang banyak diresepkan di beberapa negara termasuk Indonesia.
Sebuah penelitian menunjukkan lateks memiliki aktivitas moluskisidal, mematikan bagi siput air tawar.
Pemerian Botani
Mengutip dari Wikipedia, puring adalah kerabat jauh singkong dan kastuba. Ciri yang sama adalah batangnya menghasilkan getah berwarna putih, pekat dan lengket, yang merupakan ciri khas suku Euphorbiaceae. Nama ilmiahnya Codiaeum variegatum, (L.) A.Juss. Buku keluaran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan nama binomialnya Codiaeum variegatum (L.) Blume.
Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama garden croton, variegated croton, atau cukup croton.
Mengutip dari Wikipedia, puring adalah tumbuhan asli Indonesia, Malaysia, Australia, dan bagian barat wilayah kepulauan di Samudra Pasifik. Biasanya tumbuh di hutan dan semak belukar.
Di daerah penyebarannya di wilayah kepulauan di Samudra Pasifik, puring dikenal dengan berbagai nama lokal, yakni kai (Manus Island), tubuloko (Koulupu, Central Province), marmara (Madine, New Ireland), baba’a (Vanapa, Central Province), simpika (Kieta, North Solomons Province), dan babaka (Alotau, Milne Bay).
Muzayyinah, pada 2002 (Program Studi Biologi, Jur PMIPA, FKIP Univ Sebelas Maret Surakarta), menyebutkan puring merupakan tanaman menahun berupa perdu, dengan tinggi antara 1-3,5 m. Batangnya bercabang banyak, bulat berkayu, berkulit tipis kehijuan pada waktu muda dan kecokelatan setelah tua. Permukaan kulitnya kasar terdapat seperti bekas tangkai daun.
Daunnya tunggal, berseling, dengan tangkai daun membulat. Bentuk daunnya beragam, mulai dari lanset, bulat, bundar telur, bulat panjang, mengipas, menombak, segitiga, keriting, dengan permukaan mengkilap dan licin. Panjang daun 10-35 cm. Warnanya beragam: putih, kekuningan, hijau, merah kecokelatan, atau campuran dari warna-warna tersebut.
Bunganya berkelamin tunggal, menandan, keluar dari ketiak. Bunga jantan biasanya terdapat di bagIan bawah, panjang 25-35 em, terdiri atas 14-16 ruas, tiap ruas tersusun 3 bunga namun 2 mereduksi. Kelopak bunga 5, membulat, panjang 1-3 mm, mahkota 5, mengecil. Benang sari 20-40. Bunga betina membuyung; dasar bunga melokos, putik memanjang berbentuk belalai, panjang 2-5 mm.
Buah berbentuk kapsul, 7x9 mm. Biji oval, dengan permukaan biji licin, jumlah biji dalam bakal buah kadang-kadang hanya satu.
Tercatat ada ratusan kultivar di dalam jenis tumbuhan ini. Kultivar yang populer di antaranya Spirale yang sesuai namanya berdaun spiral dengan paduan warna merah dan hijau, kultivar Andreanum yang memiliki daun lebar berwarna kuning dengan urat dan tepi daun berwarna keemasan, Majesticum yang memiliki cabang-cabang menggantung dengan urat-urat daun kuning kemerahan, dan kultivar Aureo-maculatum yang daunnya berbintik-biktik kuning.
Kandungan dan Khasiat
Seperti keluarga Euphorbiaceae, getah tumbuhan ini dapat menyebabkan luka pada kulit. Kulit batang, akar, getah, dan daun puring beracun. Mengutip dari Wikipedia, racun dalam tumbuhan puring dikarenakan kandungan kimia 5-deoxyingenol.Tumbuhan ini juga memiliki kandungan minyak yang sangat berkhasiat sebagai pencahar, seperti dapat dibaca di karya ilmiah “Cultivars of Codiaeum variegatum (L.) Blume (Euphorbiaceae) show variability in phytochemical and cytological characteristics" yang dimuat dalam African Journal of Biotechnology (2007).
Situs Nova Scotia Museum, novascotia.ca, memasukkan puring ke dalam daftar tumbuhan beracun. Biji puring hendaknya dijauhkan dari anak-anak.
K Olusola Ogunwenmo, Oluwatoni A Idowu, Chukwudi Innocent, Edward B Esan, dan Olatunji A Oyelana “Cultivars of Codiaeum variegatum (L.) Blume (Euphorbiaceae) show variability in phytochemical and cytological characteristics” (Babcock University, Ilishan-Remo, Ikeja, Lagos, Nigeria, 2007) meneliti kandungan kimiawi beberapa kultivar puring.
Dalam perjalanan evolusi, tumbuhan mengembangkan pertahanan kimiawi untuk menangkal serangan. Fitokemikal itu akan melindungi manusia terhadap patogen sebagai obat antimikroba. Kenyataan itu yang mendasari penelitian kandungan kimiawi dan sitologi enam kultivar dari Codiaeum variegatum (Spirale, Royal, Broad Spotted Guinea, Punctatum, Sunray, dan Royal-like) untuk mengeksplorasi potensi khasiat terapi, nilai-nilai kandungan, dan variabilitasnya.
Tumbuhan ini relatif kaya alkaloid, cardiac glycoside, saponin, tanin, cardenolides, steroid, dan phyllates. Juga dijumpai flavonoid, phlobatannins, fenol, dan antrakuinon, dalam enam kultivar itu.
Secara keseluruhan, alkaloid yang paling berlimpah dengan rata-rata kandungan tertinggi 1,46 persen terdapat di dalam kultivar 'Royal', sementara flavonoid dan antrakuinon, 0,002 persen dan 0,003 persen, dijumpai di 'Sunray' dan 'Royal-like'.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...