Bincang dan Berbagi Novel "180"
Noorca M. Massardi menulis novel tandem
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah peluncuran perdana di Kota Bogor, diikuti Bali, dan Taman Ismail Marzuki-Jakarta, selanjutnya di kantor Bentara Budaya Yogyakarta, hari Sabtu (27/2) novel berjudul "180" karya Mohammed Cevy Abdullah dan Noorca M. Massardi diperkenalkan dalam acara Bincang & Berbagi Novel "180".
Dalam susasana santai, acara dipandu oleh Evi Idawati (penulis sastra) dihadiri 70-80 pegiat sastra di Yogyakarta. Tidak kurang Untung Basuki seorang musisi puisi Yogyakarta turut hadir dalam acara tersebut.
Diawali pembacaan beberapa bagian novel "180" menceritakan perjalanan hidup Tora yang bertekad meraih cita-citanya menjadi seorang pengusaha dalam usia yang muda: sebelum umur 30 tahun. Dengan kerja keras, disiplin, percaya diri, dan juga segala cara, mimpi masa kecilnya bisa diwujudkan didalam perjuangan yang penuh warna, hitam dan putih, dan juga warna-warna lainnya. Kesadaran menjalani kehidupan menjadi entry point bahwa pada akhirnya itu semua adalah skenario Tuhan.
Tentang perjuangan dan pencapaain yang telah diraihnya secara filosofis Cevy menjelaskan, "Tuhan bekerja hingga kita lahir, saat kita hidup itulah saatnya kita menapaki jalan skenario Tuhan (yang mungkin bisa berubah atas usaha kita). Tuhan bekerja kembali ketika kita meninggal," kata Cevy saat sesi bincang-bincang. Sikap optimis menjadi pijakan awal dan langkah-langkah selanjutnya. Dalam kalimat yang lebih dalam, Cevy mengistilahi 'jangan pernah mengasihani diri sendiri' ketika kita belum sampai pada satu titik pencapaian, karena dari satu titik pencapaian ke titik pencapaian berikutnya kita masih diberi kesempatan untuk membuat perubahan.
Dua genre dalam sebuah novel
Novel "180" ditulis bersama Noorca M. Massardi dalam waktu dua bulan. Dalam perjumpaan di sebuah cafe di Bandung, adanya kesamaan pandangan berlanjut pada keinginan membuat sebuah novel yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menjadi lebih kreatif, berani bermimpi, dan siap berpetualangan mewujudkan mimpi dan masa depannya.
"Narasi besarnya sudah disusun oleh Cevy jauh-jauh hari. Bab per-bab pun sebenarnya sudah tertata. Tantangannya adalah, saya ini seorang yang detail dalam banyak hal ketika menulis. Ini novel fiksi yang tidak sepenuhnya fiksi, karena beberapa bagian menggambarkan kisah hidup pengarangnya.
"Alur waktunya tidak linear. Loncat-loncat, bahkan maju-mundur. Ketika saya tanyakan, untuk setting tempat boleh tidak saya memvisualisasikan pada tempat kelahiran saya? Toh, saya pikir setting tempat di Priangan seperti Cianjur dengan Subang kurang lebih hampir sama. Ketika Cevy bilang boleh, ini agak sedikit memudahkan saya memberikan ilustrasi setting," ujar Noorca tentang kendala saat penulisan.
Lebih lanjut Noorca memberikan penjalasan bahwa dalam penulisan sastra, hal-hal detail tersebut berguna dalam memperdalam dan memberikan dramatisasi alur cerita (yang diperlukan).
Membahasakan dua genre yang berbeda menjadi tantangan berikutnya. Sebagai penulis senior, Noorca tentu memiliki warna khas dalam menulis, di sisi lain Cevy yang boleh dikatakan sebagai penulis pemula tentu tidak ingin kehilangan hal-hal kecil. "Bahkan sampai titik koma pun menjadi perdebatan. Pengalaman dalam menulis berita dengan memberikan analisis atas data-fakta dalam memberikan sudut pandang bisa menjembatani hal itu," papar Noorca.
Semangat berbagi, inilah yang menjadi titik tolak penulisan novel ini. "Novel "180" adalah tentang perubahan yang all-out 1800. Jangan menunggu perubahan (menghampiri kita). Jemput dan lakukan perubahan (yang terencana) dengan keyakinan. Selebihnya, biarkan skenario Tuhan yang berjalan," ujar Cevy yang berencana membagikan karya novelnya kepada khalayak ramai dalam jumlah yang cukup banyak. Hingga saat ini sekitar 3.000 eksemplar novel telah dibagikan secara gratis dalam berbagai roadshow di kota-kota besar. Selain itu, novel ini dijual bebas di toko buku untuk memberikan kesempatan pada masyarakat luas yang tidak sempat mengikuti roadshow novel "180".
Di luar dunia kepenulisan, Cevy yang merupakan lulusan kedokteran hewan - Institut Pertanian Bogor (IPB) saat ini bergelut dalam dunia usaha agroindustri terpadu di sekitar Cipanas-Cianjur, kuliner, entertainment bersama dua orang kawan semasa kulaih. Setelah dari Bentara Budaya Yogyakarta, rencananya Cevy akan melanjutkan roadshow berbagi isnpirasinya pada beberapa kota lainnya termasuk di antaranya di almamaternya IPB.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...