Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 18:55 WIB | Sabtu, 12 Oktober 2013

Bincang Konservasi Dalam Bingkai Fotografi

Bincang Konservasi Dalam Bingkai Fotografi
Bicang konservasi alam Indonesia (Bingkai) yang digelar oleh BSsC Jakarta mengambil teman fotografi alam bebas disambut antsusias oleh mahasiswa jurusan biologi dari berbagai kampus yang diadakan di ruang seminar Universitas Nasional jalan Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (12/10) (Foto-foto : Dedy Istanto).
Bincang Konservasi Dalam Bingkai Fotografi
Riza Marlon atau yang akrab disapa Caca sebagai narasumber fotografer lepas yang fokus mendokumentasikan flora dan fauna Indonesia selama 20 tahun.
Bincang Konservasi Dalam Bingkai Fotografi
Riza Marlon saat menceritakan foto satwa Babi rusa merupakan satwa endemik Sulawesi.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bincang konservasi alam Indonesia melalui fotografi yang digelar oleh Biological Science Club (BSsC) Jakarta disambut antusias oleh para mahasiswa biologi dari berbagai kampus maupun para pegiat lingkungan yang diadakan di ruang seminar, Selasar lantai 3 Universitas Nasional (Unas) Jalan Raya Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (12/10).

Riza Marlon yang menjadi narasumber berbagi pengalamannya di depan para mahasiswa untuk mengenalkan peran fotografi dalam sisi konservasi. Caca sapaan akrabnya selain seorang lulusan biologi, juga gemar terhadap fotografi. Hal tersebut dituangkan dalam hasil karya berbagai macam jenis flora dan fauna Indonesia yang telah dilakoninya selama kurang lebih 20 tahun sejak duduk dibangku kuliah. Materi yang disampaikan seputar keragaman hayati mulai dari jenis satwa endemik baik itu mamalia, reptil, amphibi, aves, dan landscape dari berbagai wilayah Indonesia bagian Timur sampai dengan bagian Barat.

 Hasil rekaman yang selama ini diabadikan telah banyak dijadikan berbagai media diantaranya, poster, flyer, kalender, baju, film pendek dan terakhir sebuah buku pada 2010 yang lalu. Mendokumentasikan keragaman hayati menjadi penting untuk edukasi masyarakat. Penyampaian suatu jenis baik itu satwa maupun tumbuhan dengan menggunakan bahasa ilmiah malah terkadang membuat masyarakat  bingung, bahkan merasa sulit untuk diingat. Informasi tersebut menjadi tidak tersampaikan dengan baik, sehingga masyarakat cenderung menghindar, karena terlalu sulit. Sampaikan dengan gunakan bahasa sederhana ataupun populer untuk menginformasikan terhadap masyarakat, dengan demikian masyarakat bisa mencerna dan tertarik untuk membaca, ujar Riza.

Menurutnya menjadi seorang peneliti juga harus mengerti teknik fotografi, hal ini diperlukan sebagai bahan guna mendukung hasil penelitian yang dilakukan. Sayangnya hal tersebut baru sedikit orang, malahan banyak yang bermunculan para hobi fotografi di luar dari seorang lulusan biologi atau mahasiswa biologi.

Bincang konservasi Indonesia yang dikemas santai ini rencananya akan diadakan setiap satu bulan sekali dengan berbagai isu terkait dengan konservasi, ujar Yuda N Laman Divisi Kesekretariatan BSsC saat akan menutup acara. Diharapkan dengan adanya forum ini kehadiran para calon peneliti muda dapat memberikan kontribusi terhadap kakayaan alam flora dan fauna Indonesia.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home