Biografi Pdt Sularso Sopater, Bukan Sekadar Buku Putih
SATUHARAPAN.COM – Buku biografi mantan Ketua Umum PGI pada era akhir Orde Baru ini hanya sedikit menyinggung tentang skandal “Gerakan Cinta Rupiah”. Buku ini lebih banyak berkisah tentang kiprah Guru Besar Teologi STT Jakarta ini yang tidak banyak diketahui khalayak.
Mungkin banyak yang mengharapkan isi biografi pendeta emeritus dari sinode gereja-gereja Kristen Jawa ini lebih banyak semacam apologetika terhadap pertemuan warga Kristen dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia ke rumah Presiden Soeharto, awal 1998. Mereka menyerahkan emas dua kilogram dan uang sekitar lima juta rupiah. Ketua umum PGI mengantar mereka, Pdt Sularso Sopater. Pak Larso—panggilan akrabnya—hanya mengatakan bahwa gereja hanya berdoa untuk pemerintah yang saat itu sedang kesulitan karena kurs rupiah anjlok lebih dari 600 persen. Trik kamera televisi yang membuat seakan mantan anggota MPR dari utusan golongan ini seakan yang menyerahkan uang dan emas itu seperti dikatakannya kepada sang penulis.
Dengan alur yang sangat datar, biografi ini sebenarnya lebih banyak berisi tentang peran sang pendeta dalam menyebarkan injil pada perpindahan rezim Soekarno ke Soeharto, perjalanan studinya hingga menjadi salah satu guru besar bidang teologi—sesuatu yang sangat jarang di Indonesia, dan kehidupannya terkait dengan pemerintah: anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional, Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung. Ia menjadi anggota DPA dari era Soeharto hingga Megawati. Setelah itu DPA dihapus dalam UUD 1945 yang diamendemen.
Biografinya sempat mengkritik amendemen UUD 1945 ini sebagai “... buah pikir para tokoh negarawan yang saat itu condong kepada pola berpikir politis negara Amerika Serikat” (hlm 117). Hanya, tidak jelas kritikan itu dari Sularso atau opini penulis.
Kalau ingin mencari yang menarik dalam buku ini sebenarnya ada dua. Pertama, perjuangannya saat menyelesaikan studi lanjut strata dua di Calvin Theological Seminary. Betapa ia harus hidup sangat hemat—selain harus meninggalkan istri di Tanah Air—bersama-sama dengan teman-temannya dari berbagai negara. Mereka menyewa rumah di distrik kulit hitam. Karena kurang dalam, kisah menarik ini berlalu begitu saja (hlm 28-30).
Kedua, saat ia melayani menjadi pendeta rumah sakit Bethesda di Yogyakarta. Putri sulungnya terkena wabah polio. Pergumulan imannya digambarkan hanya dalam satu kalimat di halaman 43, “Aku sudah bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak menuntut apa-apa, tetapi mengapa mendapat kenyataan pahit seperti ini?” Seandainya itu dikembangkan—dengan wawancara yang lebih mendalam tidak hanya dengan Pak Larso, tetapi dengan sang putri—kisah ini bisa memperkuat biografinya.
Secara umum bagi warga GKJ, kisah Sularso Sopater ini akan melengkapi berbagai biografi para pendeta GKJ yang selama ini sudah ada misalnya Otobiografi Pdt. Em. Dr. Sutarno: Bukan oleh Kekuatan dan Kehendak Sendiri terbitan Pustaka Sinar Harapan, 80 Tahun Pdt. Broto Semedi Wirjotenojo Selembut Sutera Sekeras Baja terbitan TPK, dan berbagai seri biografi pendeta GKJ terbitan TPK. Ini penting karena kiprah warga GKJ zaman dahulu tidak hanya seputar di dalam lingkup gereja, tetapi banyak sumbangan kepada khalayak. Hanya mungkin karena sikap kejawaannya yang enggan menonjol membuat tokoh-tokoh itu seakan “tenggelam”.
Kita hanya mengenal Sularso Sopater sekadar karena kisah “mengantar” emas kepada rezim korup daripada perjuangannya mendorong peran pemerintah untuk memperhatikan kesehatan anggota jemaah haji saat ia menjadi anggota BPKN (hlm 110). Atau, betapa teguhnya PGI era Sularso untuk menolak desakan rezim Orde Baru untuk mendukung Ephorus HKBP versi pemerintah yang di kemudian hari menjadi keputusan yang tepat karena mempercepat rekonsiliasi (hlm 80-81).
Judul: Biografi Pdt Em.Prof. Dr. Sularso Sopater “Nabi Bisu” yang Banyak Bekerja
Penulis: Suyito Basuki
Tebal: 192 hlm
Penerbit: Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia
Cetakan: Maret 2014
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...