Bisa atau Tidak, Bermula di Pikiran Kita
SATUHARAPAN.COM – Manusia adalah makhluk terdahsyat di bumi. Manusia punya kemampuan untuk mempertanyakan segalanya, dapat menganalisis dan memilih kehidupan yang dijalaninya. Dan yang sangat istimewa: Manusia adalah mahluk yang punya kemampuan luar biasa untuk berubah! Tengoklah kehidupan manusia ribuan tahun lalu, bandingkan dengan sekarang: betapa berbedanya. Bahkan dalam satu generasi saja manusia sudah mengubah dunia begitu rupa sehingga orang tua sulit mendalami jiwa anaknya sendiri. Teknologi satu dekade lalu sudah sulit dipahami orang muda sekarang.
Semua itu dicapai karena akal manusia. Khususnya, manusia yang menyadari keunggulan akal dan ketiadaan batas imaginasinya. Begitu banyak hal yang mampu dilakukan manusia asalkan ada kemauan untuk mencapainya. Manusia piawai dalam mengubah, tetapi untuk bisa mengubah, manusia harus bersedia berubah terlebih dahulu. Tokoh-tokoh dunia seperti Jack Welch, Abraham Lincoln, dan Soekarno meyakini bahwa keberhasilan itu bermula dari pikiran. You can, if you believe you can. Kalau pikiran sudah mengatakan bahwa kegagalan yang akan kita derita, maka itulah yang akan terjadi. Namun, kalau akal kita mengatakan bahwa kita akan berhasil, maka setengah perjalanan untuk mencapai keberhasilan sudah kita lalui.
Lihatlah sekeliling Anda, apakah para pemimpin besar semata-mata beruntung atau mereka memang memiliki mindset berbeda?
Pernah dengar cerita tentang seorang penjual sepatu yang ditugaskan menjual produknya di pedalaman Afrika? Beberapa orang yang pernah ditugaskan ke sana kembali dengan tangan kosong karena katanya: ”Di pedalaman Afrika tidak ada orang memakai sepatu, jadi sepatu tak mungkin laku.” Namun, orang ini kembali dengan sukses karena katanya: ”Tidak ada orang pakai sepatu, betapa besar peluang saya menjual sepatu di sana!” Apa yang membuat dia berbeda dengan para pendahulunya? Paradigma! Mindset! Akal yang mengajarkan bahwa Anda akan gagal atau berhasil.
Satu lagi, kemampuan manusia yang luar biasa akan muncul pada saat terjepit. Hal yang lazimnya tak dapat ia lakukan, tiba-tiba mampu dilakukan. Ketika seorang pencopet dikejar massa, tiba-tiba ia bisa melompati tembok tinggi yang belum pernah dapat dilompati sebelumnya. Sebab dalam keadaan terdesak manusia tidak punya pilihan. Harus berubah. Ternyata intinya bukan terletak pada bisa atau tidak untuk berubah, melainkan mau atau tidak. Dan mau atau tidak itu terletak pada apa yang dikatakan akal kita.
Tuhan akan mendukung anak-Nya yang bersemangat untuk mencapai sesuatu yang baik. Tetapi , jika kekalahan yang kita pilih, Tuhan pun tidak akan memaksa kita. Sepenuhnya pilihan kita.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Rusia Jatuhkan Hukuman Penjara kepada Pengacara Alexei Naval...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Rusia pada hari Jumat (17/1) menjatuhkan hukuman penjara beberapa tahun kepa...