BKSDA Ajak Masyarakat Sulut Tak Konsumsi Satwa Liar
MANADO, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara (Sulut), Askhari Dg. Masikki mengajak masyarakat di provinsi itu tidak mengonsumsi satwa liar.
"Memang memerlukan peran semua pihak termasuk di dalamnya peran pemerintah daerah mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi satwa liar," katanya di Manado, Rabu (9/11).
Ia mengatakan upaya lain untuk mencegah penurunan populasi satwa liar dan kepunahan adalah dengan melakukan penangkaran di mana induk diambil di alam kemudian diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memeliharanya.
Nantinya setelah penangkaran tersebut, kata dia, hasilnya yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
"Ini yang sudah kita lakukan, memang ada anggapan daging satwa yang ditangkarkan bila dibandingkan dengan yang ada di alam liar rasanya beda, tapi itu hanya soal rasa," katanya.
Dikemukakannya bahwa populasi satwa endemik Sulu seperti anoa dan babi rusa cenderung menurun, bahkan hampir tidak ditemukan lagi karena sudah menjauh dari kawasan hutan.
Kondisi tersebut, kata dia, agak berbeda dengan populasi satwa endemik tersebut di Kawasan Taman Nasional Botani Nani Wartabone Kabupaten Bolaang Mongondow.
"Di kawasan suaka margasatwa Nantu, Provinsi Gorontalo populasi kedua satwa liar tersebut masih banyak ditemukan, tapi di beberapa tempat di Sulut sudah jarang terlihat," katanya.
Dia mengatakan, di provinsi ujung utara Sulawesi tersebut sudah dilakukan penangkaran Anoa sebagai upaya pelestarian satwa agar tidak punah keberadaannya.
"Paling penting adalah kami mengajak masyarakat untuk tidak mengonsumsi satwa liar termasuk di dalamnya jenis satwa endemik Sulawesi seperti Anoa, Babi Rusa, Macaca Nigra, Tarsius bahkan burung Maleo," demikian Askhari Dg. Masikki.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...