Anjing dari Kim Jong Un Jadi Bahan Pertengkaran Presiden dan Mantan Presiden Korea Selatan
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Sepasang anjing pemberian pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada 2018, kini terperosok dalam pertikaian politik Korea Selatan. Mantan presiden negara itu menyalahkan penggantinya yang konservatif karena kurangnya dukungan keuangan bagi hewan itu.
Moon Jae-in, seorang liberal yang mengakhiri jabatan sebagai presiden Korea Selatan pada bulan Mei, dia menerima dua anjing pemburu "Pungsan" putih, jenis yang dikenal sebagai anjing asli Korea Utara, dari Kim setelah pertemuan puncak perdamaian mereka di ibu kota Korea Utara, Pyongyang pada bulan September 2018.
Anjing-anjing itu secara resmi dianggap milik negara, tetapi Moon membawa pulang pasangan itu dan salah satu dari tujuh anak mereka, setelah dia meninggalkan kantor kepresidena. Langkah ini dimungkinkan oleh perubahan undang-undang pada bulan Maret yang memungkinkan hadiah presiden dikelola di luar Arsip Kepresidenan jika itu adalah hewan atau tumbuhan.
Tetapi kantor Moon pada hari Senin mengatakan dia memutuskan dia tidak bisa lagi memelihara ketiga anjing itu karena pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol saat ini menolak untuk menutupi biaya makanan hewan dan perawatan hewan.
Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan mengatakan bahwa anjing-anjing itu dikembalikan ke pemerintah pada hari Selasa (8/11) dan bahwa anjing induk yang awalnya dikirim oleh Kim sedang diperiksa di rumah sakit hewan di kota Daegu.
Dalam pernyataannya yang dirilis di Facebook, kantor Moon menuduh kantor Yoon “secara misterius” memblokir proposal kementerian untuk menyediakan dana pemerintah untuk perawatan hewan tersebut.
Kementerian mengkonfirmasi telah menyusun rencana anggaran untuk memberikan subsidi bulanan sebesar 2,5 juta won (setara Rp 28 juta), termasuk 500.000 won (setara Rp 5,5 juta) untuk makanan anjing dan perawatan hewan dan dua juta won (setara Rp 22,5 juta) untuk mempekerjakan pekerja untuk menjaga mereka.
Namun kementerian mengatakan rencana itu ditunda selama berbulan-bulan karena "opini berlawanan" yang tidak ditentukan dari dalam kementerian itu dan Kementerian Legislasi Pemerintah.
"Sepertinya kantor kepresidenan, tidak seperti Arsip Kepresidenan dan Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan, memiliki pandangan negatif tentang mempercayakan perawatan anjing Pungsan kepada mantan Presiden Moon," kata kantor Moon.
Jika itu masalahnya, pemerintahan Yoon seharusnya untuk mengakhiri perwalian itu, kata kantor Moon. “Akan ada kekecewaan dan penyesalan, karena mereka adalah hewan pendamping (Moon) yang semakin melekat, tetapi tidak akan ada cara untuk menolak penghentian titipan,” katanya.
Kantor Yoon mengalihkan kesalahan ke Moon, mengatakan itu tidak pernah mencegahnya memelihara hewan dan bahwa diskusi tentang memberikan dukungan keuangan masih berlangsung.
“Itu sepenuhnya keputusan mantan Presiden Moon Jae-in untuk mengembalikan anjing Pungsan ke Arsip Kepresidenan” daripada menunggu amandemen legislatif untuk mengamankan subsidi, kata kantor Yoon.
Pertengkaran Moon dan Yoon atas anjing-anjing itu memicu kritik online, dengan pengguna meratapi bahwa hewan-hewan itu diperlakukan hanya sebagai properti.
Mempertaruhkan masa jabatan presiden tunggal pada pemulihan hubungan antar-Korea, Moon bertemu Kim tiga kali pada 2018 dan melobi keras untuk membantu mengatur pertemuan Kim dengan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Tetapi diplomasi tidak pernah pulih dari runtuhnya pertemuan Kim-Trump kedua pada tahun 2019 di Vietnam, di mana Amerika menolak tuntutan Korea Utara untuk pencabutan sanksi besar dengan imbalan pembongkaran fasilitas nuklir yang sudah tua, yang akan berarti penyerahan sebagian dari fasilitas nuklirnya.
Kim sejak itu berjanji untuk meningkatkan penangkal nuklirnya untuk melawan tekanan AS yang "seperti gangster" dan mempercepat pengembangan senjatanya meskipun sumber daya terbatas dan kesulitan terkait pandemi.
Korea Utara telah menembakkan lusinan rudal tahun ini, menggunakan gangguan yang diciptakan oleh perang Rusia di Ukraina untuk meningkatkan pengembangan senjata dan meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat dan sekutu regionalnya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...