BMKG: Hujan Merata Guyur NTT Pasca Equinox
KUPANG, SATUHARAPAN.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kupang, memprakirakan potensi hujan terjadi cukup merata di Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan intensitas ringan hingga sedang pascafenomena equinox atau peningkatan suhu panas yang melintasi garis khatulistiwa.
"Potensi hujan, dengan intensitas ringan hingga sedang pada siang petang bahkan malam hari sewaktu disertai petir dan angin kencang, terjadi hampir di seluruh wilayah NTT," kata prakirawan di Stasiun Meteorologi BMKG Kupang Sti Nenot`ek kepada Antara di Kupang, Selasa (22/3).
Sebagai sikap antisipasi, dia mengimbau masyarakat mewaspadai adanya potensi hujan dengan intenitas itu dalam beberapa hari ke depan, di sejumlah daerah dalam wilayah Nusa Tenggara Timur.
Sebab menurut dia, perkembangan kondisi dan dinamika atmosfer di wilayah Indonesia, menunjukkan adanya indikasi potensi kejadian hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam beberapa hari ke depan, terutama di wilayah Flores Barat dan Sumba bagian Barat Nusa Tenggara Timur yang dilanda hujan lebat dalam dua hari ke depan.
Menurut Sti Nenot’ek, hujan dengan intensitas lebat itu disebabkan oleh tekanan rendah di sebelah Selatan wilayah Nusa Tenggara Timur atau Bagian Utara Benua Australia, sehingga massa udara dan angin bergerak ke tekanan rendah tersebut melewati wilayah NTT.
"Kondisi ini masih akan terus berlangsung dua hingga tiga hari ke depan, sehingga perlu diwaspadai intensitas hujan relatif mulai meningkat, sehingga perlu diantisipasi dalam beberapa hari ke depan akumulasi curah hujan juga akan tinggi," katanya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan potensi terjadinya hujan lebat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain masih aktifnya "monsoon" dingin Asia, dan adanya tekanan rendah di utara Austalia.
Faktor tersebut, yang mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan massa udara dan belokan angin, di beberapa lokasi di Indonesia termasuk wilayah NTT.
"Dengan masih tingginya potensi curah hujan di Indonesia, masyarakat NTT diimbau tetap waspada dan siaga terutama di daerah dataran tinggi, untuk mengantisipasi kejadian banjir bandang, lahar dingin, dan tanah longsor," katanya.
NTT, sebagai daerah dataran yang relatif mudah terjadi potensi bencana banjir, agar dapat menyiapkan lingkungannya, untuk mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Andi Eka Sakya sebelumnya melalui siaran persnya mengatakan, fenomena alam la nina yang didominasi cuaca hujan deras sepanjang beberapa hari ke depan, harus diantisipasi masyarakat dan pemerintah sedini mungkin, agar tidak merugikan karena ada potensi bencana yang menyertai.
"Lembaga-lembaga cuaca di seluruh dunia, memperkirakan la nina akan muncul pada pergantian 2016-2017. Ini merupakan dampak ikutan setelah terjadinya el nino pada 2015, yang didominasi kekeringan," kata Andi saat ditemui di kantornya Jakarta, Senin (21/3).
Menurut Andi, el nino kuat pada umumnya akan diikuti la nina yang juga kuat. La Nina 2016 sendiri diprakirakan akan terjadi pada akhir musim kemarau, atau penghujung 2016 di sebagian besar wilayah Indonesia. Dampak yang paling kentara dari La Nina adalah, meningkatnya curah hujan di atas normal, sehingga ada potensi bencana yang diakibatkan curah hujan seperti banjir dan tanah longsor.
Untuk banjir, Andi mengatakan bencana ini, akan memberi dampak buruk bagi kawasan perkotaan karena pada umumnya tanah di area urban memiliki daya serap air yang rendah, karena minimnya area resapan air dan sedikitnya penghijauan.
Daya serap tanah terhadap air di perkotaan hanya dalam angka 20 persen. "Jadi misalnya ada hujan 100 liter, maka yang diserap air hanya 20 liter, sementara 80 liter akan menjadi genangan atau bisa jadi masalah banjir. Di daerah yang rendah dan dekat pantai maka masalah akan bertambah jika air laut pasang naik," kata dia.(Ant)
Editor : Bayu Probo
Susu Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa konsumsi susu yang tidak...