BNPB: Erupsi Sinabung Belum Bencana Nasional
KARO, SATUHARAPAN.COM – Walau status Sinabung masuk ke level IV, “Awas” dengan radius lima km hingga tujuh km untuk di sisi tenggara jalur awan panas, erupsi , Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, seperti bisa dibaca di situs web resmi BNPB, 8 Januari, menyatakan erupsi Sinabung belum bencana nasional.
Hingga saat ini skala bencana adalah skala bencana kabupaten. Artinya, Pemda Karo masih mampu mengatasi bencana tersebut dibantu Pemda Sumut dan didampingi Pemerintah.
Adanya usulan agar dijadikan skala bencana nasional, tidak memenuhi persyaratan seperti yang diatur UU No 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pasal 51 (2) menyebutkan, penetapan skala nasional dilakukan oleh presiden, skala provinsi oleh gubernur, dan skala kabupaten/kota oleh bupati/wali kota.
Seperti ditulis Sutopo, hingga saat ini Pemerintahan Pemda Karo masih berjalan normal. Selain itu juga tidak ada korban jiwa banyak dan tidak terjadi eskalasi bencana yang luas. Berbeda dengan erupsi Gunung Merapi pada 2010, Presiden Yudhoyono memerintahkan kendali operasi tanggap darurat dalam satu komando di tangan Kepala BNPB dibantu Gubenur DIY, Gubernur Jateng, Pangdam IV Diponegoro, Kapolda Jateng, dan Kapolda DIY pada 5 November 2010.
Keputusan Presiden saat itu didasarkan pada bertambahnya korban dan pengungsi. Pada 4 November 2010, tercatat korban jiwa 44 tewas, 119 luka-luka, 82.701 orang mengungsi. Pada erupsi besar 5 November 2010 tercatat jumlah korban meningkat, 114 tewas, 218 luka-luka, dan 300.000 orang mengungsi.
Berkaitan dengan itu, menurutnya, bupati harus banyak turun ke lapangan mengatasi rakyatnya yang mengungsi. Pemda Sumut memberikan bantuan yang diperlukan. BNPB memberikan bantuan ekstrem sesuai permintaan.
Tertangani
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, hingga 7 Januari lalu, BNPB melaporkan aktivitas Gunung Sinabung terus intensif meletus dengan mengeluarkan awan panas, abu vulkanik, pasir, dan lava pijar. Pengungsi pun bertambah. Data terakhir BNPB pada Rabu (8/1) menyebutkan pengungsi berjumlah 22.708 jiwa yang tersebar di 34 titik pengungsian.
Pada Selasa (7/1) siang, misalnya, terjadi 21 kali erupsi, 529 gempa hibrid, dan 44 guguran awan panas. Aktivitas gunung masih didominasi erupsi yang diikuti awan panas. Tinggi letusan 1.000-6.000 meter ke arah barat daya-selatan. Luncuran awan panas berkisar sejauh 1.500-4.500 meter ke arah tenggara. Sedangkan kegempaan masih didominasi gempa hibrid yang mengindikasikan pertumbuhan kubah lava masih tinggi.
Ada tambahan titik pengungsi di Pos Lau Gumba di Desa Lau Gumba, Berastagi, dengan pengungsi 507 jiwa (175 keluarga). Kebutuhan logistik, kesehatan, dan pendidikan secara umum tertangani. Kebutuhan mendesak bagi pengungsi adalah susu bayi, gas, air mineral, air bersih, dan seragam sekolah. (bnpb.go.id/Ant)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...