Bob Marley dari Rastafarian Kembali pada Kristus
SATUHARAPAN.COM – Ikon musik reggae, Bob Marley dikenal sebagai penyebar tangguh paham Rastafari, pada akhir hidupnya dibaptis di Gereja Ortodoks Ethiopia.
Dalam kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk mengikuti KTT Negara-negara benua Amerika di Panama, Jumat-Sabtu (10 – 11 April), ia menyempatkan diri mampir ke Jamaika. Setelah ia mendarat di Bandara Internasional Norman Manley pada Rabu malam (Kamis 9/4 dini hari WIB), Obama langsung melakukan kunjungan ke Bob Marley Museum di Kingston—ibu kota Jamaika.
|
Museum di Jl Hope nomor 56 ini telah beroperasi selama hampir 30 tahun, baru-baru ini dibuka kembali setelah menjalani upgrade struktural. Museum ini dilaporkan untuk menarik sekitar 35.000 pengunjung per tahun. Dan, Presiden Obama kini telah ditambahkan ke daftar itu.
Bob Marley menjadi superstar di tahun 1970-an, yang merupakan periode bermanfaat bagi akar reggae. Rumah penyanyi No, Woman, No Cry ini akhirnya dijadikan museum pada 11 Mei 1986—tepat lima tahun setelah kematiannya.
Selain dikenal sebagai pembuat populer musik reggae, ia juga penyebar gerakan Rastafari ke seluruh dunia. Banyak orang menganggap gerakan ini sebagai sempalan kekristenan.
Rasta
â |
|
Rasta, atau Gerakan Rastafari, adalah gerakan agama baru yang mengakui Haile Selassie I, kaisar Ethiopia pada 1916-1930, sebagai Raja diraja, Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda, sebagai Jah (nama Rastafari untuk Allah, yang merupakan bentuk singkat dari Yahweh—sebutan Allah Israel—yang ditemukan dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi King James-atau dalam Alkitab TB Mazmur 68:5), dan bagian dari Tritunggal Kudus.
Nama Rastafari berasal dari Ras Täfäri, nama Haile Selassie I sebelum ia dinobatkan menjadi kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika di antara kaum kulit hitam kelas pekerja dan petani pada awal 1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat Alkitab, aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi mereka, seorang aktivis dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus Garvey.
Visi politik dan budaya Marcus Garvey ikut menolong menciptakan suatu pandangan dunia yang baru. Gerakan ini kadang-kadang disebut Rastafarianisme. Namun, ini dianggap tidak pantas dan menyinggung perasaan banyak kaum Rasta.
Gerakan Rastafari telah menyebar di berbagai tempat di dunia, terutama melalui imigrasi dan minatnya dilahirkan oleh musik Nyahbinghi dan reggae —khususnya musik Bob Marley. Pria bernama lengkap Robert Nesta Marley ini mengikuti gerakan Rastafari dari istrinya Alpharita Anderson, sekitar 1966. Sebelumnya Bob adalah pemeluk Katolik.
Lirik-lirik lagu Marley mencerminkan kepercayaan atas rasta ini. Misalnya lagu Rastaman Live Up,
... David slew Goliath with a sling and a stone;
Samson slew the Philistines with a donkey jawbone:
Iyaman, live up!
Rastaman, don't give up!
Binghi-man, live up!
Congoman, don't give up! ...
|
Memang, kisah-kisah Alkitab Perjanjian Lama menjadi penyemangat gerakan ini. Sebab, Haile Selassie Kaisar Ethiopia dikenal sebagai keturunan Raja Israel Salomo dengan Ratu Syeba. Kisah yang tercatat di 1 Raja-raja 10 dan 2 Tawarikh 9 menceritakan kunjungan ratu Ethiopia ke Israel dan menemui Raja Salomo.
Selain itu, Marley dikenal juga mengikuti gaya hidup Rasta seperti 5-10 persen penduduk Jamaika: vegetarian, hidup dekat dengan alam, dan anehnya juga memakai ganja. Mereka menafsir kata “sayur pahit” yang terdapat dalam Keluaran 12:8 dalam tata cara ibadah Paskah Yahudi adalah sejenis ganja.
Pada 1976, Bob Marley hijrah ke Inggris. Kreativitasnya tak mereda, album Exodus berhasil berada di British Charts Music selama 56 minggu. Kesuksesan ini diikuti album berikutnya, yaitu Kaya. Kesuksesan tersebut mampu mengantarkan musik reggae ke dunia barat untuk pertama kalinya.
Pada 1977, Bob Marley divonis terkena kanker kulit, namun disembunyikan dari publik. Bob Marley kembali ke Jamaika pada 1978 dan mengeluarkan album Survival pada 1979 diikuti oleh kesuksesan tur keliling Eropa.
Bob Marley melakukan dua pertunjukan di Madison Square Garden dalam rangka merengkuh warga kulit hitam di Amerika Serikat. Namun pada 21 September 1980, Bob Marley pingsan saat jogging di NYC's Central Park. Kankernya telah menyebar sampai otak, paru-paru dan lambung. Penyanyi reggae ini pun akhirnya meninggal di Miami Hospital pada 11 Mei 1981 di usia 36 tahun dengan meninggalkan seorang istri dan 5 orang anak.
Sebelum ia mengembuskan napas terakhir ia dibaptis dengan nama Berhane Selassie (Cahaya Tritunggal) oleh Gereja Ortodoks Ethiopia. Rita Istrinya juga mengikuti jejak Marley menjadi seorang Ortodoks.
Tommy Cowan, sahabat Bob Marley yang kini menjadi pendeta menggambarkan pencerahan yang diterima oleh ikon reggae ini dalam satu cerita menarik, “Saya mendengar dari uskup Ortodoks Abuna Yesehaq yang bercerita bahwa saat Bob Marley dibaptis, ia menangis kencang selama 45 menit dan menyebut tiga kali, ‘Yesus Juruselamat saya, Yesus Kristus.’”
Sebenarnya, lagu-lagu Bob Marley penuh dengan perenungan yang dalam, misalnya dalam lagu No, Woman, No Cry. Tidak seperti dikira oleh banyak orang ini tentang menghibur laki-laki yang tidak punya kekasih—tidak ada perempuan tidak ada tangis. Liriknya sebenarnya tentang kepedulian terhadap perempuan kulit hitam yang mengalami penindasan. Bahkan, ada yang menebak bahwa lagu ini terinspirasi dari ucapan Yesus Kristus saat memanggul salib—tercatat di Lukas 23:28, “Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, "Hai putri-putri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” Sebuah tafsir yang terlalu jauh. Tapi, omong-omong, Kaisar Ethiopia Haile Selassie I adalah pengikut setia Yesus Kristus.
No, woman, no cry;
No, woman, no cry;
No, woman, no cry;
No, woman, no cry.
'Cause - 'cause - 'cause I remember when we used to sit
In a government yard in Trenchtown,
Ober - observing the 'ypocrites - yeah! -
Mingle with the good people we meet, yeah!
Good friends we have, oh, good friends we have lost
Along the way, yeah!
In this great future, you can't forget your past;
So dry your tears, I seh. Yeah!
No, woman, no cry;
No, woman, no cry. Eh, yeah!
A little darlin', don't shed no tears:
No, woman, no cry. Eh!
Said - said - said I remember when we used to sit
In the government yard in Trenchtown, yeah!
And then Georgie would make the fire lights,
I seh, logwood burnin' through the nights, yeah!
Then we would cook cornmeal porridge, say,
Of which I'll share with you, yeah!
My feet is my only carriage
And so I've got to push on through.
Oh, while I'm gone,
Everything's gonna be all right!
Everything's gonna be all right!
Everything's gonna be all right, yeah!
Everything's gonna be all right!
Everything's gonna be all right-a!
Everything's gonna be all right!
Everything's gonna be all right, yeah!
Everything's gonna be all right!
So no, woman, no cry;
No, woman, no cry.
I seh, O little - O little darlin', don't shed no tears;
No, woman, no cry, eh.
No, woman - no, woman - no, woman, no cry;
No, woman, no cry.
One more time I got to say:
O little - little darlin', please don't shed no tears;
No, woman, no cry.
(gospelreggae.com/forbes.com/ jamaicaobserver.com/cnn.com/huffingtonpost.com/wikipedia.org)
Baca juga:
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...