Boko Haram Akui Menculik 230 Anak Perempuan
CHIBOK, SATUHARAPAN.COM – Kelompok Islam militan Nigeria Boko Haram mengaku telah menculik ratusan anak perempuan usia sekolah pada April lalu, demikian yang dilaporkan BBC pada Senin (5/5).
Sebanyak 230 anak perempuan diyakini masih hilang. Hal tersebut memicu kritik dari seluruh dunia untuk pemerintah Nigeria.
“Saya menculik anak-anak perempuan kalian,” kata pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau dalam sebuah video yang diperoleh kantor berita AFP.
Sementara itu, seorang perempuan yang membantu pelaksanaan aksi protes atas penculikan telah ditahan, ungkap rekan-rekan komunitasnya.
Perempuan itu, Naomi Mutah mengambil bagian dalam sebuah pertemuan yang diadakan istri presiden Patience Jonathan pada hari Minggu. Tak lama setelahnya, Mutah dibawa ke kantor polisi.
Sumber kepresidenan seperti yang dikutip Reuters mengatakan Mutah telah ditahan karena berpura-pura mengaku sebagai ibu dari salah satu anak perempuan yang hilang.
Namun salah satu anggota kelompok protes mengatakan pada Reuters bahwa Mutah berseru kepada pihak berwenang untuk “membawa kembali anak-anak perempuan kami” yang dalam arti lebih luas berarti “anak-anak perempuan Nigeria”.
“Mereka tidak tahu apa-apa,” kata Lawan Abana.
Anak-anak perempuan itu diculik pada 14 Maret dari sekolah mereka di Chibok, di utara Borno.
Siapa Boko Haram?
Nick Cohen dalam The Guardian pada Sabtu (3/5) menggambarkan Boko Haram sebagai sekelompok teroris yang tergabung dalam sebuah sekte agama. Sekelompok orang itu menyebut diri mereka sebagai Boko Haram yang jika diterjemahkan berarti “pendidikan Barat adalah hal yang dilarang”.
Sekte itu menganggap kegiatan belajar sebagai bentuk penindasan. Mereka menghentikan semua kegiatan mengajar yang bertentangan dengan kitab suci dari abad ke-7.
Hasrat superioritas seksual mengiringi ketidakingintahuan mereka akan pengetahuan. Mereka menculik ratusan anak perempuan dan menjadikan mereka sebagai budak serta memaksa anak-anak perempuan itu untuk pindah ke agama Islam versi mereka.
Boko Haram juga memerkosa anak-anak perempuan itu atau menjual mereka untuk £10 (setara dengan Rp. 194 ribu). Anak-anak perempuan itu menjadi korban perbudakan, penganiayaan anak, dan kawin paksa. (bbc.com/theguardian.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...