Bonita and the Hus Band Tour: Indonesia adalah Rumah Kita Bersama
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mengakhiri tour promo album "Rumah" bagian ketiga, grup band Bonita and the Hus Band (BNTHB) menggelar pementasan di Bentara Budaya Yogyakarta, Rabu (31/5) sore.
Bonita and the Hus Band menjalani promo tour chapter#3 menyinggahi sepuluh kota pada tiga belas titik diawali dengan penampilan mereka di Uni Using (Banyuwangi) Selasa (16/5). Yogyakarta menjadi persinggahan terakhir dalam tour promo kali ini sebelum BNTHB beristirahat dan melanjutkan promo pada chapter berikutnya yang rencananya akan dimulai pertengahan Juli tahun ini.
Jika pada penampilan sebelumnya, BNTHB selalu menggelar promo tour-nya di tempat-tempat yang bernuansa rumahan semisal Uni Using di Kemiren, Banyuwangi ataupun Rumah Tua di Sekaralas (Ngawi), salah satu 'rumah' bagi komunitas jazz di Yogyakarta adalah Jazz Mben Senen yang hingga saat ini selalu menggelar jamming session bagi anggota komunitasnya setiap Senin malam dan telah berlangsung secara reguler lebih dari 300 episode tanpa putus dijadikan rumah persinggahan di akhir tournya.
Mengawali penampilannya, BNTHB membawakan lagu "Bromo" yang diperkenalkan pertama kali pada Jazz Gunung tahun lalu. Suasana pegunungan Bromo dengan kesederhanaan dan nuansa pegunungan menginspirasi BNTHB membuat lagu ini. Dilanjutkan dengan lagu "Lord guide me".
Pada lagu ketiga BNTHB mengundang penyanyi yang tergabung dalam grup musik "Sinten Remen" Silir Pujiwati. Silir dengan suara khas cengkok pesinden mengawali lagu "Rumah Teman Kami" dengan improvisasi sebuah tembang Jawa. Kolaborasi BNTHB dengan Silir berlanjut pada lagu "Tekadku Ikhlas". Kolaborasi dengan Silir memberikan warna lain dan menjadi tontonan yang cukup emosional, ketika dalam penghayatan kedua lagu tersebut Silir terhanyut dalam tangis gembiranya, terlebih pada lagu "Tekadku Ikhlas" dalam nuansa musik melayu cukup terasa bersautan dengan suara khas Bonita yang energik dan bertenaga.
Lagu "Woohoo" dan "Satu Hari Sebelum Esok" mengembalikan suasana ceria dalam permainan petikan gitar Adoy, tiupan saksofon Jimmy, serta timpaan jimbe Bharata. "Satu Hari Untuk Esok" menjadi begitu pas dalam konteks Indonesia hari ini, dengan menampilkan lirik dalam empat bahasa berbeda. Bharata Eli Gulo membawakan lirik dalam bahasa Nias, dilanjutkan Jimmy Tobing dengan lirik dalam bahasa Batak, serta Petrus Briyanto Adi 'Adoy' dalam bahasa Jawa: tak perlu menunggu hari baru, tanpa sesal, tanpa ada iri-dengki, satu hari sebelum esok.
Di akhir penampilannya, BNTHB membawakan satu lagu karangan Ismail Marzuki "Juwita Malam". BNTHB memberikan bonus satu lagu "Rayuan Pulau Kelapa" yang dinyanyikan bersama-sama pengunjung di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta mengakhiri tour #BelongToEachOther Bonita and The Hus Band chapter#3.
"(Pada awalnya) Kami pikir ini hanya promo album, ternyata lebih dari itu. Saya tidak tahu teman-teman di Yogyakarta kondisinya bagaimana, hanya kami yang berada di Jakarta dan sekitarnya sangat terkena dampak dengan kondisi sosial-politik akhir-akhir ini. Kami berangkat (dalam tour ini) ingin membuktikan dan mengabarkan ke teman-teman bahwa negara kita Indonesia yang dulunya dan sejatinya sampai hari ini adalah nusantara tidak terpecah-pecah." kata gitaris BNTHB Petrus Briyanto Adi 'Adoy'.
Lebih lanjut Adoy menjelaskan bahwa selama tour BNTHB hingga chapter#3 selalu menemukan realitas bahwa kita semua adalah warga negara Indonesia yang merayakan kebhinekaan dan merawat kebersamaan, Pesan inilah yang selalu dibawa BNTHB dalam setiap tournya.
"Tenaga dan energi positif, doa dari teman-teman, saudara-saudara kita di tempat-tempat sebelum Yogyakarta kami bawa hari ini dan kami tumpahkan di sini, mohon juga teman-teman mengabarkan kepada keluarga dan sanak-saudara, bahwa Indonesia (dengan kebhinekaannya) itu keren." kata Adoy.
"Memuja pulau/Nan indah permai/Tanah Airku Indonesia."
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...