Bonus Medali Indonesia Masuk Dua Besar Tertinggi di Olimpiade Rio 2016
SATUHARAPAN.COM – Keberhasilan pasangan ganda campuran bulu tangkis Indonesia, Tontowi Achmad/Liliyana Natsir, hari Rabu (17/8) malam WIB meraih medali emas di Olimpiade 2016 membuat Indonesia bangga.
Keberhasilan merenggut medali emas oleh pasangan Tontowi/Liliyana melengkapi kegembiraan masyarakat Indonesia dalam perolehan medali perak yang sebelumnya telah diraih oleh dua lifter, Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan.
Untuk mengapresiasi prestasi ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga memberikan bonus kepada kontingennya yang berhasil menorehkan sejarah di Olimpiade Rio de Janeiro Brasil, 2016 ini. Namun, bila dihitung secara nominal bonus yang disediakan pemerintah bagi kesejahteraan setiap atlet maka Indonesia bukan yang tertinggi.
Karena menurut situs berita yang menyajikan data statistik statista.com beberapa waktu lalu – yang merilis data tentang bonus yang diberikan otoritas olahraga berwenang kepada atlet yang berhasil di Olimpiade 2016 – ternyata Indonesia masih menempati peringkat kedua.
Beberapa waktu lalu, menurut situs resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Imam Nahrawi memerinci bonus bagi atlet peraih medali emas, perak, dan perunggu di Olimpiade 2016.
Menurut Imam peraih meraih medali emas akan diberi masing-masing Rp 5 miliar, kemudian peraih medali perak mendapat bonus Rp 2 miliar, kemudian peraih medali perunggu sebesar Rp 1 miliar. Bonus bagi peraih medali emas tersebut apabila dikonversikan ke dolar Amerika Serikat (AS) sebesar USD 383.000.
Menurut statistik tersebut, yang menggunakan satuan mata uang dolar Amerika Serikat, atlet asal Singapura menempati peringkat pertama dalam raihan bonus tertinggi karena Singapore National Olympic Council (SNOC) merupakan lembaga yang memberi bonus paling tinggi bagi peraih medali emas di Olimpiade ini yakni sebesar USD 753.000 atau sekitar Rp 9,8 miliar.
Setelah Indonesia berada di urutan kedua, di peringkat ketiga bercokol Azerbaijan dengan bonus medali emas sebear USD 255.000 atau sekitar Rp 3,3 miliar, di peringkat keempat ditempati Kazakhstan dengan USD 230.000 atau sekitar Rp 3 miliar.
Peringkat kelima ditempati Italia yang memberikan bonus sebesar USD 185.000 atau sekitar Rp 2,42 miliar, setelah itu di urutan keenam terdapat Prancis yang memberi bonus USD 66.000 kepada atletnya atau sekitar Rp 865,33 juta, peringkat ketujuh ditempati Rusia yang memberi bonus USD 61.000 bagi atletnya yang meraih medali emas atau sekitar Rp 799,80 juta, dan Afrika Selatan dengan bonus sebesar USD 36.000 atau sekitar Rp 472,05 juta.
Amerika Serikat (AS) berada di urutan kesembilan yang memberi ganjaran bonus USD 20.000 atau Rp 328 juta untuk para atletnya yang meraih medali emas.
Sementara itu, Britania Raya dalam tabel tersebut merupakan negara yang tidak memberi bonus kepada atletnya padahal kontingennya telah menyumbangkan 19 medali emas, 19 perak dan 12 perunggu. Mantan perenang Olimpiade asal Inggris, Geoff Huegill percaya insentif tunai tidak benar-benar berpengaruh kepada semangat dan kinerja seorang atlet.
“Bonus uang tunai dalam nominal besar selalu dihargai atlet tapi itu bukan satu-satunya fokus,” kata Huegill seperti diberitakan independent.co.uk beberapa waktu lalu. (statista.com/independent.co.uk)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...