Boyan Slat, Tokoh di Balik Proyek The Ocean Cleanup
SATUHARAPAN.COM – Usianya baru 24 tahun, namun sederet penghargaan telah diraihnya. Salah satu di antaranya, penghargaan Champions of the Earth dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada November 2014.
Boyan Slat, pemuda asal Belanda itu, menjadi sorotan beberapa hari belakangan ini. Dengan memanfaatkan rangkaian pelampung dari kapal The Ocean Cleanup, ia dan timnya berupaya mengurung berbagai sampah plastik yang memenuhi kawasan yang disebut Great Pacific Garbage Patch, atau Pulau Sampah Besar, di Lautan Pasifik.
Slat dan timnya, menciptakan sistem pengumpulan sampah plastik itu. Pelampung sepanjang 600 meter itu, dipasang dalam bentuk huruf U dan akan mengurung sampah-sampah plastik yang kemudian diambil oleh kapal-kapal khusus tiap beberapa bulan untuk dibawa ke darat untuk didaur-ulang.
Polusi plastik di laut mengusik pemuda kelahiran Delft, Belanda, 27 Juli 1994 itu, ketika ia menemukan lebih banyak plastik daripada ikan saat menyelam di Yunani. Usianya baru 16 tahun saat itu.
Slat, mengutip dari Wikipedia, lantas memutuskan untuk mencurahkan proyek sekolah menengah untuk penyelidikan lebih dalam pencemaran plastik laut dan mengapa dianggap mustahil dibersihkan. Muncul idenya untuk membangun sistem pasif, dengan memanfaatkan sirkulasi gelombang laut. Ia presentasikan gagasannya pada sebuah pembicaraan TEDx di Delft pada tahun 2012.
Slat yang tengah studi di Aerospace Engineering di TU Delft, memutuskan berhenti kuliah. Ia mencurahkan seluruh waktunya untuk mengembangkan idenya. Ia mendirikan The Ocean Cleanup pada tahun 2013, dan tak lama setelah itu, pembicaraan TEDx-nya menjadi viral setelah dibagikan di beberapa situs berita.
Menyimak rekam jejaknya, Slat terbiasa melakukan utak-atik, rekayasa dan membangun berbagai hal, sejak berusia dua tahun. Pada usia 14 tahun ia mencatatkan diri dalam Guinness World Record, dengan meluncurkan 213 roket air secara bersamaan.
Slat menjabat CEO pada lembaga nirlaba The Ocean Cleanup yang ia dirikan dengan misi mengembangkan teknologi canggih untuk membersihkan samudra. Setelah menjadi yayasan, The Ocean Cleanup mengumpulkan melalui kampanye crowdfunding.
Studi kelayakan tentang potensi proyek membersihkan samudra yang ia terbitkan pada Juni 2014, mendapatkan perhatian dari berbagai ahli, dalam bentuk kritik teknis. Slat, seperti dilaporkan The Guardian, terus menguji dan menyempurnakan konsep The Ocean Cleanup.
Yang menggembirakan, sejak The Ocean Cleanup dimulai, organisasi itu berhasil mengumpulkan donasi dari berbagai kalangan, mulai dari pengusaha di Eropa hingga Silicon Valley. Dengan mengembangkan desain baru, Boyan Slat memperkirakan separuh dari Great Pacific Garbage Patch akan hilang dalam waktu 5 tahun, dengan biaya minimal.
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...