BPK PENABUR dan Institute Laimena Komitmen Tingkatkan Toleransi di Indonesia
Insitute Laimena sendiri menawarkan program-program yang dapat diikuti oleh para guru BPK PENABUR untuk meningkatkan pengetahuan dan toleransi.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-BPK PENABUR dan Institute Laimena akan bekerja sama untuk meningkatkan toleransi kehidupan beragama di Indonesia, hal itu diungkapkan dalam pertemuan kedua lembaga baru-baru ini di Jakarta.
Insitute Laimena sendiri menawarkan program-program yang dapat diikuti oleh para guru BPK PENABUR untuk meningkatkan pengetahuan dan toleransi terhadap agama yang berbeda untuk terciptanya suatu masyarakat yang cinta damai dan penuh toleransi.
Indonesia adalah bangsa yang besar. Worldometer merilis data penduduk Indonesia hingga 25 April 2022 adalah 278.752.361 jiwa. Jumlah penduduk Indonesia merupakan 3,51% dari total penduduk dunia.
Indonesia juga memiliki 1.340 suku (BPS: 2010) dan enam agama. Data-data ini menunjukan betapa majemuknya masyarakat Indonesia. Kemajemukan ini memerlukan suatu upaya yang besar untuk menjaga kestabilan baik sosial, politik dan Ekonomi, seperti diungkapkan Yocky Firdaus, Deputi Direktur Sekretariat Yayasan BPK PENABUR.
Kestabilan dapat dicapai jika semua elemen masyarakatnya dapat memahami dan saling menerima perbedaan satu dengan yang lainnya. Untuk kebutuhan ini, diperlukan suatu badan atau organisasi yang dapat menjembataninya. Salah satu yang dapat menangkap visi ini adalah Institute Laimena.
Kiprah Institute Leimena
Institute Laimena merupakan salah satu lembaga kajian indepent yang memiliki misi “Mengembangkan Peradaban Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan peradaban dunia yang menjunjung tinggi harkat manusia, melalui kerjasama dalam masyarakat majemuk.”
Insitute Laimena ini berdiri pada tahun 2005 sebagai respon atas perkembangan situasi bangsa dan negara, serta harapan para pimpinan lembaga gereja atas nasional. Pada awal pembentukannya, Institute Laimena dinamai Akademi Laimena dengan Letjen. T.B SImatupang sebagai Ketua yang pertama.
Pada 6 Juni 2022, Instute Laimena dan BPP PENABUR mengadakan pertemuan yang diwakili oleh Matius Ho (Executive Director) dan Daniel Adipranata, dengan Adri Lazuardi (Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR), Kenny Lim (Ketua 1) dan Pak Tiorimun (Pengurus Harian).
Keduanya membahas meningkatnya intoleransi di antara umat beragama yang memunculkan kekhawatiran dan menimbulkan kecemasan terhadap keberlangsungan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, kata Matius Ho. Intoleransi itu sendiri muncul akibat ketidakmengertian akan agama/kepercayaan orang lain. Pada akhirnya,
Institute Laimena menemukan cara yang lebih efektif. Cara tersebut tidak sekadar dialog antar umat beragama tetapi menggunakan cara kerja sama kolaboratif antar umat beragama. Cara ini dipercaya akan lebih efektif meredam intoleransi yang berkembang belakangan hari ini.
Seminar-seminar yang diadakan oleh Institute Laimena dapat membuka wawasan terhadap para pendengarnya, terutama yang menyimak tentang profil agama lain. Hal ini menepis prasangka-prasangka atau stigma-stigma yang dipercaya selama ini. Para pendengar menjadi terbuka wawasannya dan menjadi pribadi yang lebih dapat menerima perbedaan agama lain, ungkap Matius Ho.
Suatu ketika pada akhir sesi sebuah seminar, Matius Ho bercerita, seorang guru madrasah mempersilahkan anak-anak beragama Kristen bersekolah di madrasahnya. Guru madrasah ini tidak hanya mempersiapkan, tetapi juga bersedia mempersiapkan seorang guru Pendidikan Agama Kristen untuk kebutuhan anak-anak Kristen ini. Sebuah pengalaman yang luar biasa indah ketika seseorang sudah dibukakan wawasannya.
Program Live In di BPK PENABUR
Adri Lazuardi Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR mengatakan, bahwa ada program-program yang sudah dilakukan sekolah yang memiliki semangat yang sama seperti Institute Laimena. Sebagai contoh: program live in.
Program ini dirancang agar para siswa dapat lebih dekat dengan orang yang sama sekali berbeda dengan mereka. Situasi nyata ini dapat melatih karakter siswa maupun masyarakat sekitanya. Karakter-karakter yang dapat dibentuk dari progam live in adalah membangun empati, mau menolong, dan menghargai orang lain.
Adri Lazuardi berpendapat bahwa melalui progam ini, semua orang yang terlibat dapat saling menerima perbedaan (baik perbedaan suku, agama dan ras) di antara mereka. Pembangunan karakter ini akan menjadi bekal para siswa dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat yang majemuk ini.
BPK PENABUR dan Institute Laimena dapat bekerjasama dimasa yang akan datang. Insitute Laimena sendiri menawarkan program-program yang dapat diikuti oleh para guru BPK PENABUR agar meningkatkan pengetahuan dan toleransi terhadap agama yang berbeda. Pada akhirnya terciptalah suatu masyarakat yang cinta damai dan penuh toleransi, tambah Adri.
Sumber berita : Yocky Firdaus (Deputi Pelaksana Sekretariat Yayasan BPK PENABUR)
Editor: Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...